Ahkabahaq - Crus
Membaca Membuat Pengetahuan Anda Bertambah. Jadi, Bacalah Sebanyak-banyaknya dan Cari Tahu Informasi nyang Mungkin Orang Lain Tidak Tahu. Terima kasih Sudah Membaca :) . Cara, Bagaimana, Kapan, Dimana, Kenapa, Mengapa, Apa, Kemana, Diatas, Dibawah. Lalalalala Aku Berjalan Di Taman
Tuesday, 9 May 2017
Tuesday, 12 May 2015
Hadits Arba'in An Nawawi
Oleh : Ustadz Abu Isa Abdulloh bin Salam (Staf Pengajar Ma’had Ihyaus Sunnah, Tasikmalaya)
Sunday, 12 October 2014
Dampak Mengerikan Pornografi (Must See)
Share dari tulisan salah seorang ikhwan di Kaskus….
Baca sampai akhir gan, bikin merinding
Sering kita dengar kalau Bahaya Pornografi itu adalah merusak otak, mengacaukan pikiran, membuat malas. Just it ??? Ahhhhhh….. saya belum merasa belum puas dengan semua penjabaran itu. Saya butuh yang lebih ekstrim penjabarannya. Setelah mencari – cari beberapa referensi dan mendengarkan ceramah orang, yang tak kunjung menghilangkan dahaga penasaran itu,…… akhirnya saya sekarang tahu Bahayanya Pornografi Bagi Siapapun pecandunya ! Dan sekarang saya ingin berbagi kepada anda.
Saya yakin penjabaran saya akan menjelaskan secara krusial, intinya bahaya pornografi itu apa !
Jadi saya mohon banget perhatian anda sebentar !
Jadi kalau lagi chatting sambil
ngakak-ngakak, lagi facebukan untuk ngomentarin status-status teman,
lagi download lagu dan film, atau lagi ngeliat-ngeliat gambar….
Plise………. STOP dulu !!!
Baca artikel ini sampai selesai. Baru anda boleh melanjutkan kegiatan anda tadi. Oke ???
Kita Mulai !!!
Pada hari Jumat 1 Oktober 2010 saya
mengikuti seminar sehari yand diadakan oleh Yayasan Kita & Buah Hati
yang ”dikomandani ” Ibu Elly Risman ,Psi . Pembicaranya adalah : Ibu
Elly Risman,Psi dan Dr. Randall F. Hyde,Ph.D
Dr. Randall F. Hyde,Ph.D adalah seorang
psikolog senior di negara Amerika sana. Sedangkan Ibu Elly Risman,Psi
adalah pakarnya parenting di Indonesai ini.
Pembukaan:
Dia (Dr. Randall F. Hyde,Ph.D) berkata :
”percayalah pornografi adalah suatu
bencana yang kami sendiri ( maksudnya negara Amerika sendiri ) keteteran
. Negara kami dapat mempersiapkan perang, dengan senjata dan tentara.
Negara kami bisa menghadapi penyakit dengan temuan obat – obat dengan
penelitian ilmuwan kami. Tapi untuk pornografi…percayalah…. pada
awalnya kami tidak siap dan tidak tahu cara apa yang harus dilakukan
untuk melawannya. “
Oia, merebaknya pornografi di Amerika pada saat sekarang, sudah jauh berkurang dibandingkan 20 tahun silam.
Ya ! anak – anak di Amerika sana serta
remaja -remaja disana dilanda pornografi 20 tahun lalu. Waktu lagi parah
– parahnya banget. Sekarang bisa dikatakan sudah sembuh untuk ukuran
penyakit satu negara. Kalau negera kita Indonesia, sekarang inilah yang
lagi merebak – rebaknya !
”Maka dari itu saya (Dr. Randall F.
Hyde,Ph.D) datang kesini, karena saya ingin ikut dalam upaya pembersihan
pornografi di negara kita ini. Karena negara kamipun pernah dilanda
bencana ini. Dan itu sangat mengganggu. Dan syukurnya kami sudah
melewati itu sekarang. “
Dia juga berkata : ” I love your country, I love your people ” ( Saya sempat terharu mendengarnya )
2 detik kemudian saya tertawa, karena berikutnya dia mengatakan : ” I love your cendol too “ Gurakrak hahaha !
—
Di tubuh kita banyak hormon yang bekerja.
—
Di tubuh kita banyak hormon yang bekerja.
(Tenang bagi yang agak alergi dengan istilah kimia…. meskipun nanti ada istilah kimia, akan dijelaskan secara santai kok ^_^)
Ada 4 hormon yang yang dirusak cara
kerjanya. Hormon ini jika bekerja secara normal. Akan menguntungkan
kita. Nah pornografi membuat ke – 4 hormon ini keluar secara berlebihan
dan terus menerus.
—
Inilah “daging” dari artikel ini !
—
—
Inilah “daging” dari artikel ini !
—
* DOPAMINE *
Kalau anda sedang kesusahan mengerjakan
suatu soal matematika saat ujian, dateng telat, belom makan, eh pas
datang ternyata soalnya susah banget… anda pasrah…. lunglai…. merasa
bakal jeblok nilanya…. gara-gara tidak ada satupun soal yang bisa anda
kerjakan…
Lagi frustasi frustasinya, tiba -tiba ketemu cara ngerjain soalnya,….. YES !!!!!! I Got IT !!!!! Alhamdullillah !
Bagaimana perasaanya ???? Senang yang bukan main bukan ???!!!! Serasa puas campur bahagia !
Seperti itulah efek hormon dopamine kalau lagi bekerja. Menimbulkan SENSASI Puas, senang , bahagia di dalam dada.
Eits… tunggu dulu…,
Efek dopamine ternyata menimbulkan peningkatan kebutuhan level.
Maksudnya gini… kalau kemaren anda puas
dan loncat loncat kegirangan gara – gara mengerjakan soal anak TK,
apakah saat besoknya anda mengerjakan soal yang sama anda merasa puas
dan loncat loncat yang sama dengan yang anda lakukan kemaren ???
Tentu tidak ! Anda pasti butuh untuk bisa
mengerjakan soal anak SD, baru loncat – loncat kegirangan lagi. Betul
gak ??? Seperti itulah efek dari bekerjanya si dopamine.
NAHHHHH ! pornografi itu membuat si dopamine bekerja terus menerus ! sayangnya penyebab dia bekerja adalah karena pornografi !
Ilustrasi :
- Pertama kali si Nyoman akan berteriak ” oh my god gambar apa sih tuh ! ” ( sambil tutup mata tapi agak direnggangin jarinya buat ngintip )
- eh kemaren gambar apa sih … ? mengunjungi lagi situs yang menampilkan gambar perempuan memakai bikini tersebut. Dilihat terus….,
- Besok – besoknya si Nyoman harus melihat perempuan bertelanjang dada agar bisa merasakan sensasi yang ” wuooowwww “
- Besoknya tentu harus melihat yang lebih parah dari melihat perempuan bertelanjang dada. Bisa yang cuma pakai kancut doank atau langsung bugil.
Begitu seterusnya… dari melihat cewe
bugil, melakukan seks, ….. lebih parah…, terus dan terus…, Harus lebih
parah atau minimalnya beda gambar, agar merasakan sensasi ” wuooowwww “.
Bisa dibayangkan kan , setelah puas
melihat gambar – gambar yang terparah sekalipun…apa yang harus dilakukan
agar merasakan sensasi ” wuooowwww ” ??? Nonton videonya beneran donk !
Lalu seterus dan seterusnya ? Melakukan seks beneran donk ! Bener
banget !
Waktu melakukan seks juga begitu…. karena
dari awalnya dilandaskan si dopamine tadi, maka akan beda dengan seks
yang dilakukan orang normal yang biasa. Dia selalu butuh teknik seks
yang baru, baru dan baru, kalau perlu yang gak normal dan aneh. Makanya
kalau para pelaku seks yang melakukan seks gara – gara pertamanya dia
terpincut pornografi, akan butuh gaya yang baru dan menuju ke arah
penyimpangan seksual. Sampai jadi nyoba incest ( berhubungan dengan
saudara sendiri ), berhubungan seks dengan binatang, pemerkosaan,
penyiksaan dalam seks. Hanya karena butuh utuk merasakan sensasi ”
wuooowwww ” tersebut.
Mereka tahu itu salah, tapi tetap melakukannya.Mereka tahu itu salah, tapi tidak bisa melawannya.
Itulah parahnya hormon dopamine yang dibikin bekerja secara terus menerus oleh pornografi !
* NEUROPINIPHRIN *
Kalau seorang pebisnis sejati, otaknya
dipenuhi dengan yang namanya peluang dan keuntungan. Ngeliat usaha yang
bisa dijadikan ladang uang, selalu dimanfaatkan dengan baik. Instingnya
ke bisniiiiis mulu !
Nah inilah yang terjadi juga terhadap
para pecandu pornografi. Otaknya selalu berputar – putar dengan yang
namanya pornografi. Ngeliat yang ngerangsang dikit, otak udah
ngebayanginnya yang lain lain.
Kalau ada perempuan yang memakai baju
seksi, mungkin orang normal hanya kan berkata ” perempuan itu seksi” .
Tetapi kalau orang yang sudah kecanduan pornografi, akan berfikir,
gimana ya rasanya bersetubuh dengan dia…, ( sambil ngiler diem diem bego
gitu )
Lagi berdiri disamping perempuan.
langsung otaknya ngeres dah ! padahal perempuannya biasa aja. gak
ngedance, ngeliuk-liukin badan, apalagi striptise. Sama sekali enggak !
Tapi otaknya sudah yang gimanaaaa gitu.
Itulah yang dirasakan orang yang sudah berurusan dengan pornografi. Ngerusak otak !
Nah inilah yang sering digembor-gemborkan
orang bahwa pornografi itu ngerusak otak. inilah yang diamaksudkan.
Sering terbayang selalu.
Akibatnya tidak bisa berfikir jernih,
males belajar, males mikir, males kretif. Karena otaknya sudah dipenuhi
dengan daftar kosakata atau kejadian yang bisa otak dia
sambung-sambungin dengan yang namanya seks.
Kerjaannya siapa ? kerjaannya hormon neorupiniphrin yang sudah disutradarai oleh pornografi.
* SEROTONIN *
Saat seorang perokok lagi stress, dia
akan merokok. Kenapa begitu ??? karena rokok adalah sesuatu yang bisa
membuatnya senang… tentram…, damai,….. piss,…. ( itulah betapa shittnya
rokok ! )
Itulah efek kerja dari hormon serotonin.
Membuat seseorang merasa nyaman saat hormon itu keluar. Nah saat orang
bersentuhan dengan yang namanya pornografi, hormon itupun keluar.
Fly…… lihat porno, gw fly gw tenang, gw oke…. piss man….. Efeknya ????!!!!
Setiap orang itu kesel… orang itu
frustasi… orang itu sedih… orang itu kesepian… orang itu mengalamai hal
yang menyulitkan dirinya…. dia akan lari ke pornografi ! Karena itu yang
membuatnya tentram.
Sedih ya ??? yaiyalah…
Kalo orang stress, pelariannya ke ibadah.. mantep ! Kalo pelariannya ke bermiditasi..keren !
Kalau pelariannya ke hang out bersama
teman- teman atau kalau yang perempuan shooping ? Masih okelah. Lah
kalau sebuah pelarian haruslah ke pornografi misalkan langsung ke warnet
dan langsung searching pretty ukrainian girl ??? yalkkk!
* OKSITOSIN*
Anda tahu kenapa seorang ibu dengan anak – anaknya ada ikatan batin ? Karena hormon oksitosinlah jawabannya.
Saat seorang ibu melahirkan, hormon
oksitisoin terpancar banjir keluar dari tubuhnya. Nah efeknya adalah,
dia mencintai sesuatu yang membuat orang tersebut mengeluarkan hormon
oksitosin itu ! Karena si ibu itu jadi keluar hormon oksitosinnya, gara –
gara anak yang dilahirkannya tersebut ! Maka dia akan jadi punya ikatan
batin dengan anak tersebut ! Itulah sistem kerjanya si hormon okitosin.
Pornografi itu membuat hormon oksitosin
bekerja secara terus menerus pada saat si orang tersebut mengakses
pornografi. Sudah tahu kan akibatnya jadi seperti apa ? Dia menjadi
terikat secara batin dengan pornografi tersebut. Makanya yang kecanduan
pornografi itu, ada rasa kangen, jika tidak melihat pornografi selama
beberapa hari. Jyaaaalllk cuih ! terikat batin dengan pornografi !
Apa yang bisa dibanggakan dengan terikatnya seseorang dengan pornografi ???
—
Itulah penjabaran saya tentang bahaya pornografi yang saya dapat dari Dr. Randall F. Hyde.
Semoga jelas…. semoga nancep. Semoga makin sadar kalau pornografi itu menyebabkan kerusakan otak secara permanen tapi perlahan. yaiyalah ! yang diserang otak !
Itulah penjabaran saya tentang bahaya pornografi yang saya dapat dari Dr. Randall F. Hyde.
Semoga jelas…. semoga nancep. Semoga makin sadar kalau pornografi itu menyebabkan kerusakan otak secara permanen tapi perlahan. yaiyalah ! yang diserang otak !
Bagi yang baca ini setelah ingin memulai
terjun di bidang pornografi, yah sebaiknya berhenti ya. Bagi yang sudah
kecanduan dan merasa artikel ini ” kok kayaknya gw banget “, silahkan
sadar dengan sesadar-sadarnya bahwa pornografi itu gak bagus frend!
Kecanduan pornografi sebenarnya sama
dengan kecanduan narkoba. Kalau kencauan narkoba jelas keliatan
parahnya. Kalau kecanduan pornografi tidak kelihatan secara fisik.
Tahu – tahu sudah bego aja tuh otak. Dan serasa tidak berguna yang namanya hidup.
—
—
Spoilerfor Pesan Buat Agan:
Oia, terakhir nih….,Saat sebelum seminar ini dimulai, saya diminta oleh Bu Elly Risman untuk melakukan hal ini ! Sampaikan apa yang kalian dapatkan selama seminar ini kepada minimal 3 orang. Dan katakan kepada orang yang anda sampaikan, untuk menyampaikan kepada minimal 3 orang juga.Saya menuliskan di blog saya ini, saya rasa yang membaca sudah lebih dari 3 orang. So amanah dari si Dr. Randall sudah saya jalankan. Nah buat anda yang sudah baca sampai sini, saya memberikan amanah kepada anda untuk meneruskannya lagi kepada minimal 3 orang.Boleh anda ceritakan dari satu mulut ke mulut, pajang di tautan facebook anda ( Di bawah ada tombol ” Share On facebook ” ), anda kirim ke email teman anda, copy paste di blog anda. Kalau anda mau copy paste bulet bulet di blog anda juga gak papa. Anda cantumkan sumber dan linknya ya bagus. Gak mencantumkan juga gak papa.Yang penting pengetahuan ini bisa tersebar kepada seluruh penduduk Indonesia. Mari bersama – sama berjuang untuk melawan pornografi yang sedang merebak di negeri kita ini. Dari diri kita, anak – anak kita, untuk sekitar dan teman – teman kita. Dan untuk negera kita tercinta.Yang mau repost, copas, ngelink di blog, di jejaring sosial, dimana aja boleh gan, gak usah minta ijin. Coz ane juga copas dari blog orang.
Terus banyak yang tanya tentang solusi
dan gimana cara menghentikannya kalau udah kecanduan pornografi. Kalau
ini solusi ane yang menurut ane paling mujarab:
Tanggapan kaskuser:
Quote:Original Posted By Logia ►
Kepada Brow ibnuabialif, salut sama kepedulian lo. Mengingat first post bisa dibilang copas/repost, gw pingin banget kasih kontribusi. Jadi semoga berkenan di taruh di page 1Brow ibnuabialif membahas kebusukan pornografi dari segi biologis/psikologis. Nah gw pingin nambahin dari segi agama dan sosial.Tolong dicermati nih bagi yang blom bisa tobat atau yang masih banyak dalih/argumen/ngeyel.“Jangan lakukan terhadap orang lain apa yang tidak ingin kaualami dari orang lain”“Tidak bertindak = Mendukung”Singkat aja, pornografi itu adalah DOSA!!Gak asal ngomong. Tuhan menetapkan sesuatu itu dosa ada alasannya. Dosa itu haram. Haram karena merugikan diri sendiri dan/atau orang lain. Kalian gemar mengonsumsi materi pornografi. Apa yang kalian lihat? Manusia, bukan? (Kalo binatang gak tau deh)Manusia itu punya orang tua, bukan? Jadi mereka anak orang, bukan? Bagaimana kalau yang kalian tonton adalah ANAK SENDIRI? Kalian masih terangsang juga? Kalian suka nonton anak orang bermaksiat, tapi bisa gila kalo tetiba ketemu video anak sendiri?Bukan gak mungkin, guys. Segala kebusukan di dunia, ya rokok, narkoba, prostitusi, senjata ilegal, perdagangan perempuan dll. terus berlangsung karena masih ada pelanggan.Selama masih ada pelanggan, produsen terus berproduksi. Dalam hal pornografi, mereka akan terus butuh talent2 baru. Jadi para penggemar pornografi kalian turut berperan menjerumuskan anak2 muda dalam kemaksiatan. DOSA!!Dan sekali lagi, bukan gak mungkin korban berikutnya adalah keluarga kalian. Globalisasi, guys. Teknologi makin canggih. Dunia makin sempit. Tau ajang menyanyi Indonesian Idol? X-Factor?Ikut audisi bisa upload video lewat Youtube. Gimana kalo suatu saat PH pornografi luar negeri buka audisi? o_OTrus anak kalian ikutan? Wa!! Karma!!Sekali lagi, bukan gak mungkin. Ingat, umur orang gak ada yang tau. Kalian mau tetiba tutup usia, dalam keadaan bermaksiat?
Quote:Original Posted By disciplekid ►
Terima kasih untuk sharingnya gan. ane termasuk yang kecanduan pornografi. ane uda doyan sejak ane umur 13 thn. susah lepasnya!Awalnya dari liat2 gambar, cari2 film dulu masih belum ngerti, ngertinya nyari gambar. dari situ berkembanglah nyari film. Sampe2 nyari bf pun jadi hobi. dulu ane uda bertekat gak mau nonton lagi, film yg uda ratusan judul uda ane apusin. eh beberapa minggu gak tahan mulai cari2 gambar, gak lama kemudian cari2 film lagiAne koleksi film lagi, terus merasa pengen melepas lagi, hapus lagi filmnya. eh gak tahan lagi. cari2 gambar, terus cari2 film lagi, begitu terus siklusnya…Orang yg sudah kecanduan pornografi kalau mau lepas sama susahnya seperti orang yang sudah kecanduan narkoba, atau kecanduan rokok.Kalo kecanduan narkoba ada pusat rehabilitasi, kalo kecanduan pornografi, beh, ga ada rehabilitasinya ma men..Sekarang ane mulai pelan2 lepasin lagi. ane apusin lagi video2 ane… doakan ane gan tips dari ane:Sekarang ane setiap hari harus olahraga agar badan capek sehingga gak sempat nyari2 yg namanya pornografi. Ngumpul2 sama keluarga, kerabat, tetangga. berkunjung ke rumah teman. ngotak-ngatik motor.Paling rentan tuh kalo uda sendirian di kamar online lagi, larinya pasti ke arah yg ga beres dah .. sekarang ane online cuma buat ngaskus, trus cari lagu baru , usahakan agar kita punya kesibukan yg melibatkan orang lain juga.Trus kalo uda bisa lepas sebulan, dua bulan, tiga bulan, wah sudah luar biasa banget. dan jangan coba2 untuk sekedar iseng buka gambar lagi apalagi nonton. Kalo uda lepas terus jatoh lagi siklusnya terulang lagi bakal lebih susah lepasnya.sori kepanjangan, taro pejwan klo berkenan
Tambahan Dari Admin
Kiat-kiat Untuk Membuang Fikiran Kotor
Pertanyaan: Assalamu’alaikum, Ustadz, saya ingin bertanya: Bagaimana caranya untuk menghilangkan pikiran kotor? karena hal itu membuat saya tidak bisa konsentrasi dalam belajar. Apakah saya harus diruqyah? dan apakah saya harus segera menikah? terima kasih. Wassalamu’alaikum. [Dian]
Jawaban Ustadz:
‘Alaikum salam warahmatullahi wabarakatuh, Cara untuk menghilangkan pikiran kotor dapat dilakukan dengan beberapa hal
berikut:
berikut:
Pertama,
Menjauhi segala sebab yang dapat menimbulkan hal tersebut seperti menonton film, membaca cerita porno atau berita tentang terjadinya pemerkosaan, begitu juga melihat gambar porno, serta menjaga pandangan dari melihat wanita (apa lagi di negeri kita porno aksi sebagai santapan yang biasa dinikmati), semoga Allah melindungi kita dari fitnah wanita dan fitnah dunia.
Menjauhi segala sebab yang dapat menimbulkan hal tersebut seperti menonton film, membaca cerita porno atau berita tentang terjadinya pemerkosaan, begitu juga melihat gambar porno, serta menjaga pandangan dari melihat wanita (apa lagi di negeri kita porno aksi sebagai santapan yang biasa dinikmati), semoga Allah melindungi kita dari fitnah wanita dan fitnah dunia.
Kedua,
Mengambil pelajaran dari kisah para nabi atau orang sholeh yang mampu menjaga diri ketika dihadapkan kepada fitnah wanita, seperti kisah nabi Yusuf ‘alaihissalam, betapa beliau saat digoda oleh wanita yang bangsawan lagi cantik, tapi hal itu tidak mampu menebus tembok keimanan beliau, bahkan beliau memilih untuk ditahan dari pada terjerumus ke dalam maksiat.
Mengambil pelajaran dari kisah para nabi atau orang sholeh yang mampu menjaga diri ketika dihadapkan kepada fitnah wanita, seperti kisah nabi Yusuf ‘alaihissalam, betapa beliau saat digoda oleh wanita yang bangsawan lagi cantik, tapi hal itu tidak mampu menebus tembok keimanan beliau, bahkan beliau memilih untuk ditahan dari pada terjerumus ke dalam maksiat.
Ketiga,
Ingat akan besarnya pahala diri di sisi Allah yang dijanjikan bagi orang yang mampu menjaga kehormatan diri sebagaimana yang disebutkan dalam hadits tujuh golongan yang akan mendapat naungan dari Allah pada hari yang tiada naungan kecuali naungan Allah disebutkan di antaranya adalah seorang pemuda yang diajak untuk melakukan zina oleh seorang wanita cantik lagi bangsawan, anak muda itu menjawab: “Aku takut pada Allah”. Di samping mengingat tentang balasan yang akan diterimanya dalam surga yaitu bidadari yang senyumnya berkilau bagaikan cahaya, silakan baca bagaimana kecantikan bidadari yang diceritakan Allah dalam Al Quran.
Ingat akan besarnya pahala diri di sisi Allah yang dijanjikan bagi orang yang mampu menjaga kehormatan diri sebagaimana yang disebutkan dalam hadits tujuh golongan yang akan mendapat naungan dari Allah pada hari yang tiada naungan kecuali naungan Allah disebutkan di antaranya adalah seorang pemuda yang diajak untuk melakukan zina oleh seorang wanita cantik lagi bangsawan, anak muda itu menjawab: “Aku takut pada Allah”. Di samping mengingat tentang balasan yang akan diterimanya dalam surga yaitu bidadari yang senyumnya berkilau bagaikan cahaya, silakan baca bagaimana kecantikan bidadari yang diceritakan Allah dalam Al Quran.
Keempat,
Ingat betapa besarnya azab yang akan diterima bagi orang yang melakukan zina silakan baca ayat-ayat dan hadits-hadits yang mengharamkan zina, seperti yang disebutkan dalam hadits bawa para pezina akan diazab dalam gerbong yang berbentuk kerucut, yang arah kuncupnya ke atas di bawahnya dinyalakan api bergelora dan membara, mereka melayang-layang dalam gerbong yang berbentuk kerucut tersebut karena disembur api dari bawah, tapi tidak bisa keluar karena lobang atas gerbong itu sangat kecil. Mereka berteriak dan memekik sekuat-kuatnya, sehingga pekik satu sama lainnya pun menyiksa. Semoga Allah menjauhkan kita dari api neraka.
Ingat betapa besarnya azab yang akan diterima bagi orang yang melakukan zina silakan baca ayat-ayat dan hadits-hadits yang mengharamkan zina, seperti yang disebutkan dalam hadits bawa para pezina akan diazab dalam gerbong yang berbentuk kerucut, yang arah kuncupnya ke atas di bawahnya dinyalakan api bergelora dan membara, mereka melayang-layang dalam gerbong yang berbentuk kerucut tersebut karena disembur api dari bawah, tapi tidak bisa keluar karena lobang atas gerbong itu sangat kecil. Mereka berteriak dan memekik sekuat-kuatnya, sehingga pekik satu sama lainnya pun menyiksa. Semoga Allah menjauhkan kita dari api neraka.
Kelima,
Menyibukkan diri dengan berbagai kegiatan yang bermanfaat, jangan banyak menyendiri dan berkhayal. Di samping selalu berdoa kepada Allah supaya dihindarkan dari berbagai maksiat.
Menyibukkan diri dengan berbagai kegiatan yang bermanfaat, jangan banyak menyendiri dan berkhayal. Di samping selalu berdoa kepada Allah supaya dihindarkan dari berbagai maksiat.
Keenam,
Bila memiliki kemampuan untuk berkeluarga ini adalah jalan yang paling terbaik yang dianjurkan oleh Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam, bila tidak mampu maka usahakan berpuasa Senin Kamis, wallahu a’lam.
Bila memiliki kemampuan untuk berkeluarga ini adalah jalan yang paling terbaik yang dianjurkan oleh Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam, bila tidak mampu maka usahakan berpuasa Senin Kamis, wallahu a’lam.
***
Dijawab Oleh: Ustadz Dr. Ali Musri Semjan Putra,M.A.
Dijawab Oleh: Ustadz Dr. Ali Musri Semjan Putra,M.A.
Artikel www.konsultasisyariah.com
Baca Juga
- Membangkitkan Gairah Suami-Istri dengan Video Porno
- Pembahasan Tentang Zina, Dosanya dan Hukumannya di Dunia dan Akhirat
- Akibat Buruk Perbuatan Zina Dan Bagaimana Jalan Taubat Dari Zina
- Bagaimana Cara Mengobati Gejala Gay pada Diri Seseorang?
Penting!!!
Bukan rahasia lagi bahwa salah satu
ajaran sekte/aliran/firqah SESAT Syi’ah Rafidhah adalah ajaran Nikah
Mut’ah yang pada hakikatnya adalah ZINA. Disamping ajaran sesat Mut’ah
ini masih banyak kesesatan-kesesatan lainnya dari sekte/aliran/firqah
sesat Syi’ah Rafidhah. Karena itu wajib bagi kita yang belum mengetahui
untuk mengetahuinya agar kita dapat menghindar darinya dan semoga Allah
menyelamatkan kita darinya. Wajib pula bagi yang telah mengetahui agar
menyebarkan dan mengingatkan masyarakat kaum muslimin akan bahayanya
sekte/aliran/firqah Syi’ah Rafidhah ini.
Karena itu kami mengajak kaum muslimin
seluruhnya untuk berpartisipasi dalam dakwah yang mulia ini untuk
membendung langkah mereka (Syi’ah Rafidhah). Alhamdulillah MUI Pusat
telah menerbitkan buku panduan resmi untuk mengungkap hakikat sekte
Syi’ah Rafidhah ini. Silakan download melalui link dibawah ini dan
sebarkan link ini kepada kaum muslimin agar mereka mengetahuinya.
Saturday, 13 September 2014
Sifat Shalat Nabi (7): Bangkit dari Ruku
20- Kemudian mengangkat kepala, bangkit dari ruku’ sembari mengangkat kedua tangan.
21- Ketika bangkit sambil mengucapkan “sami’allahu liman hamidah”. Ini berlaku bagi imam dan orang yang shalat sendirian.
Sebagaimana dalam hadits Anas bin Malik disebutkan,
22- Setiap orang mengucapkan “robbana wa lakal hamdu, hamdan katsiron thoyyiban mubarokan fiih, mil-assamaa-i, wa mil-al ardhi, wa mil-a maa syi’ta min syai-in ba’du”.
Ucapan robbana wa lakal hamdu, bisa dipilih dari empat bacaan:
a- Allahumma robbanaa lakal hamdu. (HR. Muslim no. 404)
b- Allahumma robbanaa wa lakal hamdu. (HR. Bukhari no. 795)
c- Robbanaa lakal hamdu. (HR. Bukhari no. 722 dan Muslim no. 477)
d- Robbanaa wa lakal hamdu. (HR. Bukhari no. 689 dan Muslim no. 411).
Bacaan yang lebih lengkap ketika i’tidal (bangkit dari ruku’),
Keutamaan membaca robbana wa lakal hamdu disebutkan dalam hadits Abu Hurairah,
Begitu pula bagi yang mengucapkan,
Masih ada bahasan yang berkaitan dengan postingan kali ini yang mesti diangkat yaitu di manakah posisi tangan saat i’tidal, apakah sedekap ataukah tangan diluruskan. Lalu juga akan dibahas posisi turun sujud, apakah tangan duluan atau lutut. Semoga Allah mudahkan.
Hanya Allah yang memberi taufik dan hidayah.
Shifat Shalat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin Marzuq Ath Thorifi, terbitan Maktabah Darul Minhaj, cetakan ketiga, tahun 1433 H.
—
Artikel Rumaysho.Com
21- Ketika bangkit sambil mengucapkan “sami’allahu liman hamidah”. Ini berlaku bagi imam dan orang yang shalat sendirian.
Sebagaimana dalam hadits Anas bin Malik disebutkan,
وَإِذَا رَفَعَ فَارْفَعُوا ، وَإِذَا قَالَ سَمِعَ اللَّهُ لِمَنْ حَمِدَهُ . فَقُولُوا رَبَّنَا وَلَكَ الْحَمْدُ
“Jika imam bangkit dari ruku’, maka bangkitlah. Jika ia
mengucapkan ‘sami’allahu liman hamidah (artinya: Allah mendengar pujian
dari orang yang memuji-Nya) ‘, ucapkanlah ‘robbana wa lakal hamdu
(artinya: Wahai Rabb kami, bagi-Mu segala puji)’.” (HR. Bukhari no. 689 dan Muslim no. 411)22- Setiap orang mengucapkan “robbana wa lakal hamdu, hamdan katsiron thoyyiban mubarokan fiih, mil-assamaa-i, wa mil-al ardhi, wa mil-a maa syi’ta min syai-in ba’du”.
Ucapan robbana wa lakal hamdu, bisa dipilih dari empat bacaan:
a- Allahumma robbanaa lakal hamdu. (HR. Muslim no. 404)
b- Allahumma robbanaa wa lakal hamdu. (HR. Bukhari no. 795)
c- Robbanaa lakal hamdu. (HR. Bukhari no. 722 dan Muslim no. 477)
d- Robbanaa wa lakal hamdu. (HR. Bukhari no. 689 dan Muslim no. 411).
Bacaan yang lebih lengkap ketika i’tidal (bangkit dari ruku’),
اللَّهُمَّ
رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ مِلْءَ السَّمَوَاتِ وَمِلْءَ الأَرْضِ وَمِلْءَ
مَا شِئْتَ مِنْ شَىْءٍ بَعْدُ أَهْلَ الثَّنَاءِ وَالْمَجْدِ لاَ مَانِعَ
لِمَا أَعْطَيْتَ وَلاَ مُعْطِىَ لِمَا مَنَعْتَ وَلاَ يَنْفَعُ ذَا
الْجَدِّ مِنْكَ الْجَدُّ
“Allahumma robbanaa lakal hamdu mil-assamawaati wa mil-al ardhi,
wa mil-a maa syi’ta min syai-in ba’du, ahlats tsanaa-i wal majdi, laa
maani’a limaa a’thoita, wa laa mu’thiya lima mana’ta, wa laa yanfa’u
dzal jaddi minkal jaddu (artinya: Ya Allah, Rabb kami, bagi-Mu segala
puji sepenuh langit dan sepenuh bumi, sepenuh apa yang Engkau kehendaki
setelah itu. Wahai Tuhan yang layak dipuji dan diagungkan. Tidak ada
yang dapat menghalangi apa yang Engkau berikan dan tidak ada pula yang
dapat memberi apa yang Engkau halangi, tidak bermanfaat kekayaan bagi
orang yang memiliinya, hanyalah dari-Mu kekayaan itu)” (HR. Muslim no. 471).Keutamaan membaca robbana wa lakal hamdu disebutkan dalam hadits Abu Hurairah,
إِذَا
قَالَ الإِمَامُ سَمِعَ اللَّهُ لِمَنْ حَمِدَهُ . فَقُولُوا اللَّهُمَّ
رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ . فَإِنَّهُ مَنْ وَافَقَ قَوْلُهُ قَوْلَ
الْمَلاَئِكَةِ غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
“Jika imam mengucapkan sami’allahu liman hamidah, maka hendaklah
kalian mengucapkan ‘robbana wa lakal hamdu’. Karena siapa saja yang
ucapannya tadi berbarengan dengan ucapan malaikat, maka dosanya yang
telah lalu akan dihapus.” (HR. Bukhari no. 796 dan Muslim no. 409).Begitu pula bagi yang mengucapkan,
رَبَّنَا وَلَكَ الْحَمْدُ ، حَمْدًا كَثِيرًا طَيِّبًا مُبَارَكًا فِيهِ
“Robbana walakal hamdu, hamdan katsiron thoyyiban mubaarokan fiih
(artinya: wahai Rabb kami, bagi-Mu segala puji, aku memuji-Mu dengan
pujian yang banyak, yang baik dan penuh dengan berkah).” Disebutkan
dalam hadits Rifa’ah bin Rofi’, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
mengatakan bagi orang yang mengucapkan semacam itu,
رَأَيْتُ بِضْعَةً وَثَلاَثِينَ مَلَكًا يَبْتَدِرُونَهَا ، أَيُّهُمْ يَكْتُبُهَا أَوَّلُ
“Aku melihat ada 30-an malaikat, berlomba-lomba siapakah di antara mereka yang lebih duluan mencatat amalannya.” (HR. Bukhari no. 799)Masih ada bahasan yang berkaitan dengan postingan kali ini yang mesti diangkat yaitu di manakah posisi tangan saat i’tidal, apakah sedekap ataukah tangan diluruskan. Lalu juga akan dibahas posisi turun sujud, apakah tangan duluan atau lutut. Semoga Allah mudahkan.
Hanya Allah yang memberi taufik dan hidayah.
Referensi:
Manhajus Salikin wa Tawdhihil Fiqhi fid Diin, Syaikh ‘Abdurrahman bin Nashir As Sa’di, terbitan Madarul Wathon, cetakan keempat, tahun 1431 H.Shifat Shalat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin Marzuq Ath Thorifi, terbitan Maktabah Darul Minhaj, cetakan ketiga, tahun 1433 H.
—
Artikel Rumaysho.Com
Sifat Shalat Nabi (6): Cara Ruku
Saat ini kita akan melihat kembali sifat shalat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yaitu tentang cara ruku dan bacaannya.
16- Saat ruku’, kedua tangan diletakkan di lutut.
Dalam hadits ‘Uqbah bin ‘Amr Al Anshori disebutkan,
Abu Humaid As Sa’idiy berkata mengenai cara shalat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau berkata,
Dalam riwayat lainnya disebutkan,
17- Saat ruku’, kepala dijadikan sejajar dengan punggung.
Abu Humaid As Sa’idiy berbicara mengenai cara ruku’ Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,
Dari Wabishoh bin Ma’bad, ia berkata,
18- Kemudian saat ruku’ membaca “subhana robbiyal ‘azhim”, dibaca berulang kali.
Ketika ruku’ Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam membaca,
Sedangkan anjuran tiga kali disebutkan dalam hadits Ibnu Mas’ud,
Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits dengan penyebutan membaca tiga kali seperti ini diriwayatkan oleh tujuh orang sahabat. Namun boleh-boleh saja membaca dzikir tersebut lebih dari tiga kali. (Lihat Shifat Shalat Nabi, hal. 115)
Begitu pula boleh membaca dengan “subhana robbiyal ‘azhimi wa bihamdih”. Dalam hadits ‘Uqbah bin ‘Amir disebutkan mengenai bacaan Rasululah shallallahu ‘alaihi wa sallam saat ruku’,
19- Saat ruku’ dan sujud bisa pula membaca bacaan lainnya, “Subhanakallahumma robbanaa wa bihamdika, allahummaghfir-lii”.
Dari ‘Aisyah, ia berkata,
Yang dimaksud dengan ayat Al Qur’an dalam hadits di atas diterangkan dalam hadits ‘Uqbah bin ‘Amir,
Bacaan ruku’ dan sujud lainnya yang bisa dibaca,
Semoga bermanfaat. Semoga Allah terus menganugerahkan ilmu yang bermanfaat.
Manhajus Salikin wa Tawdhihil Fiqhi fid Diin, Syaikh ‘Abdurrahman bin Nashir As Sa’di, terbitan Madarul Wathon, cetakan keempat, tahun 1431 H.
Shifat Shalat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, Syaikh Muhammad Nashiruddin Al Albani, terbitan Maktabah Al Ma’arif, cetakan ketiga, tahun 1424 H.
—\
Artikel Rumaysho.Com
16- Saat ruku’, kedua tangan diletakkan di lutut.
Dalam hadits ‘Uqbah bin ‘Amr Al Anshori disebutkan,
فَلَمَّا رَكَعَ وَضَعَ يَدَيْهِ عَلَى رُكْبَتَيْهِ
“Ketika ruku, ia meletakkan kedua tangannya pada lututnya.” (HR. Abu Daud no. 863 dan An Nasai no. 1037. Al Hafizh Abu Thohir mengatakan bahwa sanad hadits ini hasan).Abu Humaid As Sa’idiy berkata mengenai cara shalat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau berkata,
فَإِذَا رَكَعَ أَمْكَنَ كَفَّيْهِ مِنْ رُكْبَتَيْهِ وَفَرَّجَ بَيْنَ أَصَابِعِهِ
“Jika ruku’, beliau meletakkan dua tangannya di lututnya dan merenggangkan jari-jemarinya.” (HR. Abu Daud no. 731. Al Hafizh Abu Thohir mengatakan bahwa hadits ini shahih).Dalam riwayat lainnya disebutkan,
ثُمَّ رَكَعَ فَوَضَعَ يَدَيْهِ عَلَى رُكْبَتَيْهِ كَأَنَّهُ قَابِضٌ عَلَيْهِمَا
“Kemudian beliau ruku’ dan meletakkan kedua tangannya di lututnya seakan-akan beliau menggenggam kedua lututnya tersebut.” (HR. Abu Daud no. 734, Tirmidzi no. 260 dan Ibnu Majah no. 863. Al Hafizh Abu Thohir mengatakan bahwa hadits ini shahih)17- Saat ruku’, kepala dijadikan sejajar dengan punggung.
Abu Humaid As Sa’idiy berbicara mengenai cara ruku’ Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,
لاَ يَصُبُّ رَأْسَهُ وَلاَ يُقْنِعُ مُعْتَدِلاً
“Ketika ruku’ Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak membuat
kepalanya terlalu menunduk dan tidak terlalu mengangkat kepalanya
(hingga lebih dari punggung), yang beliau lakukan adalah pertengahan.” (HR. Ibnu Majah no. 1061 dan Abu Daud no. 730. Al Hafizh Abu Thohir mengatakan bahwa hadits ini shahih).Dari Wabishoh bin Ma’bad, ia berkata,
رَأَيْتُ
رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يُصَلِّى فَكَانَ إِذَا رَكَعَ
سَوَّى ظَهْرَهُ حَتَّى لَوْ صُبَّ عَلَيْهِ الْمَاءُ لاَسْتَقَرَّ
“Aku pernah melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
shalat. Ketika ruku’, punggungnya rata sampai-sampai jika air dituangkan
di atas punggungnya, air itu akan tetap diam.“(HR. Ibnu Majah no.
872. Juga diriwayatkan oleh Ath Thobroni dalam Al Kabir dan Ash Shoghir,
begitu pula oleh ‘Abdullah bin Ahmad dalam Zawaid Al Musnad).18- Kemudian saat ruku’ membaca “subhana robbiyal ‘azhim”, dibaca berulang kali.
Ketika ruku’ Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam membaca,
سُبْحَانَ رَبِّىَ الْعَظِيمِ
“Subhanaa robbiyal ‘azhim (artinya: Maha Suci Rabbku Yang Maha Agung).” (HR. Muslim no. 772).Sedangkan anjuran tiga kali disebutkan dalam hadits Ibnu Mas’ud,
إِذَا رَكَعَ أَحَدُكُمْ فَقَالَ فِى رُكُوعِهِ سُبْحَانَ رَبِّىَ الْعَظِيمِ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ
“Jika salah seorang di antara kalian ruku’, maka ia mengucapkan
ketika ruku’nya “Subhanaa robbiyal ‘azhim (artinya: Maha Suci Rabbku
Yang Maha Agung)”, dibaca sebanyak tiga kali.” (HR. Tirmidzi no. 261, Abu Daud no. 886 dan Ibnu Majah no. 890. Al Hafizh Abu Thohir mengatakan bahwa sanad hadits ini dho’if).Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits dengan penyebutan membaca tiga kali seperti ini diriwayatkan oleh tujuh orang sahabat. Namun boleh-boleh saja membaca dzikir tersebut lebih dari tiga kali. (Lihat Shifat Shalat Nabi, hal. 115)
Begitu pula boleh membaca dengan “subhana robbiyal ‘azhimi wa bihamdih”. Dalam hadits ‘Uqbah bin ‘Amir disebutkan mengenai bacaan Rasululah shallallahu ‘alaihi wa sallam saat ruku’,
سُبْحَانَ رَبِّىَ الْعَظِيمِ وَبِحَمْدِهِ
“Subhanaa robbiyal ‘azhimi wa bi hamdih (artinya: Maha Suci Rabbku Yang Maha Agung dan pujian untuk-Nya).”
Ini dibaca tiga kali. (HR. Abu Daud no. 870. Al Hafizh Abu Thohir
mengatakan bahwa hadits ini shahih, begitu pula Syaikh Al Albani dalam
Shifat Shalat Nabi, hal. 115. Kata Syaikh Al Albani hadits ini
diriwayatkan pula oleh Ad Daruquthni, Ahmad, Ath Thobroni, dan Al
Baihaqi).19- Saat ruku’ dan sujud bisa pula membaca bacaan lainnya, “Subhanakallahumma robbanaa wa bihamdika, allahummaghfir-lii”.
Dari ‘Aisyah, ia berkata,
كَانَ
النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – يُكْثِرُ أَنْ يَقُولَ فِى رُكُوعِهِ
وَسُجُودِهِ « سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ رَبَّنَا وَبِحَمْدِكَ ، اللَّهُمَّ
اغْفِرْ لِى » يَتَأَوَّلُ الْقُرْآنَ
“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memperbanyak membaca ketika
ruku’ dan sujud bacaan, “Subhanakallahumma robbanaa wa bihamdika,
allahummaghfir-lii (artinya: Maha Suci Engkau Ya Allah, Rabb kami,
pujian untuk-Mu, ampunilah aku)”. Beliau menerangkan maksud dari ayat Al
Qur’an dengan bacaan tersebut.” (HR. Bukhari no. 817 dan Muslim no. 484).Yang dimaksud dengan ayat Al Qur’an dalam hadits di atas diterangkan dalam hadits ‘Uqbah bin ‘Amir,
لَمَّا
نَزَلَتْ (فَسَبِّحْ بِاسْمِ رَبِّكَ الْعَظِيمِ) قَالَ رَسُولُ اللَّهِ
-صلى الله عليه وسلم- « اجْعَلُوهَا فِى رُكُوعِكُمْ ». فَلَمَّا نَزَلَتْ
(سَبِّحِ اسْمَ رَبِّكَ الأَعْلَى) قَالَ « اجْعَلُوهَا فِى سُجُودِكُمْ »
“Ketika turun ayat “fasabbih bismirobbikal ‘azhim”, Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, “Jadikan bacaan tersebut pada
ruku’ kalian.” Lalu ketika turun ayat “sabbihisma robbikal a’laa”,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam katakan, “Jadikanlah pada sujud
kalian.” (HR. Abu Daud no. 869 dan Ibnu Majah no. 887. Al Hafizh Abu Thohir mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih).Bacaan ruku’ dan sujud lainnya yang bisa dibaca,
سُبُّوحٌ قُدُّوسٌ رَبُّ الْمَلاَئِكَةِ وَالرُّوحِ
“Subbuhun qudduus, robbul malaa-ikati war ruuh (artinya: Mahasuci, Maha Qudus, Rabbnya para malaikat dan ruh -yaitu Jibril-).” (HR. Muslim no. 487).Semoga bermanfaat. Semoga Allah terus menganugerahkan ilmu yang bermanfaat.
Referensi:
Al Muntaqo fil Ahkam Asy Syar’iyyah min Kalami Khoiril Anam, Majdud Din Abul Barokat ‘Abdus Salam Ibnu Taimiyyah Al Haroni, terbitan Dar Ibnul Jauzi, cetakan kedua, tahun 1431 H.Manhajus Salikin wa Tawdhihil Fiqhi fid Diin, Syaikh ‘Abdurrahman bin Nashir As Sa’di, terbitan Madarul Wathon, cetakan keempat, tahun 1431 H.
Shifat Shalat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, Syaikh Muhammad Nashiruddin Al Albani, terbitan Maktabah Al Ma’arif, cetakan ketiga, tahun 1424 H.
—\
Artikel Rumaysho.Com
Sifat Shalat Nabi (5): Mengeraskan Bacaan dalam Shalat
Saat ini kita akan mengulang bacaan surat setelah Al Fatihah dan hukum mengeraskan bacaan dalam shalat.
12- Membaca setelah Al Fatihah, surat lainnya di dua raka’at pertama dari shalat tiga dan empat raka’at. Surat yang dituntunkan untuk dibaca:
a- Shalat Shubuh dengan surat thiwalil mufasshol.
b- Shalat Maghrib dengan surat qishoril mufasshol.
c- Shalat wajib lainnya dengan surat awsathil mufasshol.
Surat thiwalil mufasshol adalah mulai dari surat Qaaf hingga surat Al Mursalaat. Surat qishoril mufasshol adalah mulai dari surat Adh Dhuha hingga akhir Al Qur’an. Sedangkan surat awsathil mufasshol adalah mulai dari surat An Naba’ hingga surat Al Lail.
Syaikh ‘Abdullah bin ‘Abdurrahman Al Jibrin berkata, “Surat yang dibaca setelah Al Fatihah adalah bisa satu surat utuh atau sebagiannya saja dari awal, pertengahan atau akhir, itu pun sah.” (Ibhajul Mu’minin, 1: 143).
Ibnul Qayyim berkata, “Jika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam selesai dari membaca Al Fatihah, beliau membaca surat lainnya. Kadang beliau baca bacaan yang panjang. Kadang beliau memperingannya karena maksud safar atau hajat lainnya. Kadang pula beliau membaca bacaan yang pertengahan (tidak terlalu panjang, tidak terlalu pendek). Yang terakhir inilah yang umumnya beliau lakukan.” (Zaadul Ma’ad, 1: 202)
Namun boleh menambah beberapa ayat pada raka’at setelah dua raka’at pertama. Dari Abu Qotadah, ia berkata,
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa menjaherkan bacaan dalam shalat Shubuh, dua raka’at pertama dari shalat Maghrib dan Isya. Sedangkan shalat Zhuhur dan Ashar, begitu pula pada rakaat ketiga shalat Maghrib dan dua raka’at terakhir shalat Isya disirrkan (dilirihkan). Ada klaim ijma’ (kesepakatan ulama) kata Syaikh Al Albani mengenai hal ini. Lihat Shifat Shalat Nabi, hal. 93.
Adapun dalil membaca surat yang panjang dan pendek seperti yang disebutkan tadi,
13- Bacaan surat untuk shalat yang dikerjakan di malam hari dijaherkan (dikeraskan).
14- Adapun shalat yang dikerjakan di siang hari disirrkan (dilirihkan) kecuali dijaherkan (dikeraskan) untuk shalat Jum’at dan shalat ‘ied, begitu pula shalat gerhana (shalat kusuf) dan shalat minta hujan (shalat istisqo’).
Syaikh ‘Abdullah Al Jibrin menjelaskan, “Sebab di malam hari dijaherkan karena saat itu banyak aktivitas telah selesai atau berbagai kesibukan telah usai. Saat itu ada hajat untuk mendengar Al Quran. Sedangkan di siang hari, hati begitu sibuk dengan berbagai pekerjaan, sehingga diperintahkan membaca untuk diri sendiri.
Adapun shalat Jum’at, shalat ‘ied, shalat gerhana dan shalat minta hujan yang dilakukan di siang hari tetap dengan dijaherkan bacaan karena saat itu banyak kaum muslimin yang berkumpul dan mereka butuh untuk mendengar lantunan bacaan saat itu. Terkadang sebagian mereka hanya bisa mendengar lantunan Al Quran pada waktu tersebut.” (Ibhajul Mu’minin, hal. 144).
Semoga bermanfaat.
—
Artikel Rumaysho.Com
12- Membaca setelah Al Fatihah, surat lainnya di dua raka’at pertama dari shalat tiga dan empat raka’at. Surat yang dituntunkan untuk dibaca:
a- Shalat Shubuh dengan surat thiwalil mufasshol.
b- Shalat Maghrib dengan surat qishoril mufasshol.
c- Shalat wajib lainnya dengan surat awsathil mufasshol.
Surat thiwalil mufasshol adalah mulai dari surat Qaaf hingga surat Al Mursalaat. Surat qishoril mufasshol adalah mulai dari surat Adh Dhuha hingga akhir Al Qur’an. Sedangkan surat awsathil mufasshol adalah mulai dari surat An Naba’ hingga surat Al Lail.
Syaikh ‘Abdullah bin ‘Abdurrahman Al Jibrin berkata, “Surat yang dibaca setelah Al Fatihah adalah bisa satu surat utuh atau sebagiannya saja dari awal, pertengahan atau akhir, itu pun sah.” (Ibhajul Mu’minin, 1: 143).
Ibnul Qayyim berkata, “Jika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam selesai dari membaca Al Fatihah, beliau membaca surat lainnya. Kadang beliau baca bacaan yang panjang. Kadang beliau memperingannya karena maksud safar atau hajat lainnya. Kadang pula beliau membaca bacaan yang pertengahan (tidak terlalu panjang, tidak terlalu pendek). Yang terakhir inilah yang umumnya beliau lakukan.” (Zaadul Ma’ad, 1: 202)
Namun boleh menambah beberapa ayat pada raka’at setelah dua raka’at pertama. Dari Abu Qotadah, ia berkata,
أَنَّ
النَّبِىَّ – صلى الله عليه وسلم – كَانَ يَقْرَأُ فِى الظُّهْرِ فِى
الأُولَيَيْنِ بِأُمِّ الْكِتَابِ وَسُورَتَيْنِ ، وَفِى الرَّكْعَتَيْنِ
الأُخْرَيَيْنِ بِأُمِّ الْكِتَابِ ، وَيُسْمِعُنَا الآيَةَ ، وَيُطَوِّلُ
فِى الرَّكْعَةِ الأُولَى مَا لاَ يُطَوِّلُ فِى الرَّكْعَةِ الثَّانِيَةِ ،
وَهَكَذَا فِى الْعَصْرِ وَهَكَذَا فِى الصُّبْحِ
“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa membaca dalam shalat
Zhuhur pada dua raka’at pertama yaitu surat Al Fatihah dan dua surat.
Sedangkan dalam dua rakaat terakhir, beliau membaca Al Fatihah dan
beliau juga memperdengarkan pada kami ayat lainnya. Beliau biasa
memperlama rakaat pertama dibanding rakaat kedua. Demikian pula
dilakukan dalam shalat ‘Ashar dan shalat Shubuh.” (HR. Bukhari no. 776).Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa menjaherkan bacaan dalam shalat Shubuh, dua raka’at pertama dari shalat Maghrib dan Isya. Sedangkan shalat Zhuhur dan Ashar, begitu pula pada rakaat ketiga shalat Maghrib dan dua raka’at terakhir shalat Isya disirrkan (dilirihkan). Ada klaim ijma’ (kesepakatan ulama) kata Syaikh Al Albani mengenai hal ini. Lihat Shifat Shalat Nabi, hal. 93.
Adapun dalil membaca surat yang panjang dan pendek seperti yang disebutkan tadi,
عَنْ
أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ مَا صَلَّيْتُ وَرَاءَ أَحَدٍ أَشْبَهَ صَلاَةً
بِرَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- مِنْ فُلاَنٍ. فَصَلَّيْنَا
وَرَاءَ ذَلِكَ الإِنْسَانِ وَكَانَ يُطِيلُ الأُولَيَيْنِ مِنَ الظُّهْرِ
وَيُخَفِّفُ فِى الأُخْرَيَيْنِ وَيُخَفِّفُ فِى الْعَصْرِ وَيَقْرَأُ فِى
الْمَغْرِبِ بِقِصَارِ الْمُفَصَّلِ وَيَقْرَأُ فِى الْعِشَاءِ بِالشَّمْسِ
وَضُحَاهَا وَأَشْبَاهِهَا وَيَقْرَأُ فِى الصُّبْحِ بِسُورَتَيْنِ
طَوِيلَتَيْنِ.
Dari Abu Hurairah, ia berkata, “Aku pernah shalat di belakang
seseorang yang shalatnya mirip dengan shalat Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam daripada yang lainnya. Kami shalat di belakangnya dan
ia memanjangkan dua raka’at pertama dari shalat Zhuhur dan memperingan
dua rakaat terakhirnya. Sedangkan shalat Ashar lebih diperingan dari
shalat Zhuhur. Adapun shalat Maghrib dibacakan surat qishorul mufasshol.
Pada shalat Isya dibacakan surat Asy Syams dan yang semisal dengannya.
Adapun shalat Shubuh dibacakan dua surat yang panjang.” (HR. An Nasai no. 983. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih)13- Bacaan surat untuk shalat yang dikerjakan di malam hari dijaherkan (dikeraskan).
14- Adapun shalat yang dikerjakan di siang hari disirrkan (dilirihkan) kecuali dijaherkan (dikeraskan) untuk shalat Jum’at dan shalat ‘ied, begitu pula shalat gerhana (shalat kusuf) dan shalat minta hujan (shalat istisqo’).
Syaikh ‘Abdullah Al Jibrin menjelaskan, “Sebab di malam hari dijaherkan karena saat itu banyak aktivitas telah selesai atau berbagai kesibukan telah usai. Saat itu ada hajat untuk mendengar Al Quran. Sedangkan di siang hari, hati begitu sibuk dengan berbagai pekerjaan, sehingga diperintahkan membaca untuk diri sendiri.
Adapun shalat Jum’at, shalat ‘ied, shalat gerhana dan shalat minta hujan yang dilakukan di siang hari tetap dengan dijaherkan bacaan karena saat itu banyak kaum muslimin yang berkumpul dan mereka butuh untuk mendengar lantunan bacaan saat itu. Terkadang sebagian mereka hanya bisa mendengar lantunan Al Quran pada waktu tersebut.” (Ibhajul Mu’minin, hal. 144).
Semoga bermanfaat.
—
Artikel Rumaysho.Com
Sifat Shalat Nabi (4): Membaca Al Fatihah
Sifat shalat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam kali ini membahas tentang hukum menjaherkan (mengeraskan) basmalah dan hukum membaca surat Al Fatihah.
10- Setelah membaca ta’awudz, dilanjutkan membaca basmalah, yaitu bismillahir rahmanir rahiim (artinya: dengan menyebut nama Allah yang Maha pengasih lagi Maha penyayang).
Basmalah tidak dikeraskan, cukup bacaan untuk diri sendiri (lirih). Dari ‘Aisyah, ia berkata,
Syaikh ‘Abdurrahman bin Nashir As Sa’di ketika menjelaskan hadits di atas dalam Umdatul Ahkam, beliau berkata, “Ini adalah dalil bahwa bacaan basmalah tidaklah dijahrkan (dikeraskan).” (Syarh ‘Umdatil Ahkam karya Syaikh As Sa’di, hal. 161).
Juga dalil lainnya adalah hadits Anas, di mana ia berkata,
“Aku pernah shalat bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam, juga bersama Abu Bakr, ‘Umar dan ‘Utsman, aku tidak pernah
mendengar salah seorang dari mereka membaca ‘ bismillahir rahmanir
rahiim’.” (HR. Muslim no. 399). Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah
berkata, “Yang sesuai sunnah, basmalah dibaca sebelum surat Al Fatihah
dan bacaan tersebut dilirihkan (tidak dikeraskan).” (Kitab Shifatish Shalah min Syarhil ‘Umdah karya Ibnu Taimiyah, hal. 105).
11- Membaca surat Al Fatihah.
Membaca Al Fatihah diwajibkan berdasarkan hadits dari ‘Ubadah bin Ash Shoomit radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
Membaca Al Fatihah di sini berlaku bagi imam dan orang yang shalat dan sendirian. Sedangkan makmum dalam shalat jahriyah (Maghrib, Isya dan Shubuh) tidak membaca Al Fatihah, ia cukup mendengarkan, inilah pendapat yang lebih kuat. Karena Allah Ta’ala memerintahkan,
“Dan apabila dibacakan Al Quran, maka dengarkanlah baik-baik, dan perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat rahmat.” (QS. Al A’raf: 204).
Abu Hurairah berkata,
“Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam shalat bersama para sahabatnya
yang kami mengira bahwa itu adalah shalat subuh. Beliau bersabda:
“Apakah salah seorang dari kalian ada yang membaca surat (di
belakangku)?” Seorang laki-laki menjawab, “Saya. ” Beliau lalu bersabda:
“Kenapa aku ditandingi dalam membaca Al Qur`an?“ (HR. Abu Daud no. 826 dan Tirmidzi no. 312. Al Hafizh Abu Thohir mengatakan bahwa hadits ini shahih).
Ibnu Mas’ud berkata,
“Diamlah saat imam membaca Al Qur’an karena dalam shalat itu begitu sibuk. Cukup bagimu apa yang dibaca oleh imam.” (HR. Ath Thobroni 9: 264)
Ibnu ‘Umar berkata,
“Hendaklah diam ketika imam mengeraskan bacaannya dalam shalat. Dan janganlah baca bersamanya.” (HR. Abdur Rozaq, 2: 139).
Guru kami, Syaikh Abdul ‘Aziz Ath Thorifi berkata, “Inilah yang diamalkan oleh mayoritas sahabat Nabi yaitu diamalkan oleh Ibnu ‘Abbas, Ibnu Mas’ud, Ibnu ‘Umar, Abu Hurairah dan ‘Aisyah. Aku tidak mengetahui adanya perselisihan dalam hal ini di antara para sahabat dengan perkataan yang shahih dan tegas. Hampir-hampir saja ini jadi ijma’ sahabat. Ada perkataan dari ‘Umar yang menyelisihi namun tidak tegas.” (Shifat Shalat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, hal. 98).
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah menjelaskan, “Intinya membaca Al Fatihah di belakang imam, kami katakan bahwa jika imam menjahrkan bacaannya, maka cukup kita mendengar bacaan tersebut. Jika tidak mendengarnya karena jauh posisinya jauh dari imam, maka hendaklah membaca surat tersebut menurut pendapat yang lebih kuat. Inilah pendapat Imam Ahmad dan selainnya. Namun jika tidak mendengar karena ia tuli, atau ia sudah berusaha mendengar namun tidak paham apa yang diucapkan, maka di sini ada dua pendapat di madzhab Imam Ahmad. Pendapat yang terkuat, tetap membaca Al Fatihah karena yang afdhol adalah mendengar bacaan atau membacanya. Dan saat itu kondisinya adalah tidak mendengar. Ketika itu tidak tercapai maksud mendengar, maka tentu membaca Al Fatihah saat itu lebih afdhol daripada diam.” (Majmu’ Al Fatawa, 23: 268-269)
Setelah membaca Al Fatihah diperintahkan membaca aamiin secara jaher (dikeraskan).
Dari Abu Hurairah, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Jika imam membaca ‘ghoiril maghdhubi ‘alaihim wa laaddhoolliin’,
maka ucapkanlah ‘aamiin’ karena malaikat akan mengucapkan pula ‘aamiin’
tatkala imam mengucapkan aamiin. Siapa saja yang ucapan aamiin-nya
berbarengan dengan ucapan ‘aamiin’ malaikat, maka akan diampuni dosanya
yang telah lalu.” (HR. An Nasai no. 928 dan Ibnu Majah no. 852. Al
Hafizh Abu Thohir mengatakan bahwa hadits ini shahih)
Semoga bermanfaat.
Al Muntaqo fil Ahkam Asy Syar’iyyah min Kalami Khoiril Anam, Majdud Din Abul Barokat ‘Abdus Salam Ibnu Taimiyyah Al Haroni, terbitan Dar Ibnul Jauzi, cetakan kedua, tahun 1431 H.
Kitab Shifatish Shalah min Syarhil ‘Umdah, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, terbitan Darul ‘Ashimah, cetakan pertama, tahun 1429 H.
Majmu’atul Fatawa, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, terbitan Darul Wafa’ dan Dar Ibnu Hazm, cetakan keempat, tahun 1432 H.
Shifat Shalat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin Marzuq Ath Thorifi, terbitan Maktabah Darul Minhaj, cetakan ketiga, tahun 1433 H.
Syarh ‘Umdatil Ahkam, Syaikh ‘Abdurrahman bin Nashir As Sa’di, terbitan Darut Tauhid, cetakan pertama, tahun 1431 H.
—
Artikel Rumaysho.Com
10- Setelah membaca ta’awudz, dilanjutkan membaca basmalah, yaitu bismillahir rahmanir rahiim (artinya: dengan menyebut nama Allah yang Maha pengasih lagi Maha penyayang).
Basmalah tidak dikeraskan, cukup bacaan untuk diri sendiri (lirih). Dari ‘Aisyah, ia berkata,
كَانَ
رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَسْتَفْتِحُ الصَّلاَةَ
بِالتَّكْبِيرِ وَالْقِرَاءَةَ بِ (الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ)
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa membuka shalatnya dengan takbir lalu membaca alhamdulillahi robbil ‘alamin.” (HR. Muslim no. 498).Syaikh ‘Abdurrahman bin Nashir As Sa’di ketika menjelaskan hadits di atas dalam Umdatul Ahkam, beliau berkata, “Ini adalah dalil bahwa bacaan basmalah tidaklah dijahrkan (dikeraskan).” (Syarh ‘Umdatil Ahkam karya Syaikh As Sa’di, hal. 161).
Juga dalil lainnya adalah hadits Anas, di mana ia berkata,
صَلَّيْتُ
مَعَ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- وَأَبِى بَكْرٍ وَعُمَرَ
وَعُثْمَانَ فَلَمْ أَسْمَعْ أَحَدًا مِنْهُمْ يَقْرَأُ (بِسْمِ اللَّهِ
الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ )
11- Membaca surat Al Fatihah.
Membaca Al Fatihah diwajibkan berdasarkan hadits dari ‘Ubadah bin Ash Shoomit radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لاَ صَلاَةَ لِمَنْ لَمْ يَقْرَأْ بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ
“Tidak ada shalat bagi orang yang tidak membaca Al Fatihah.” (HR. Bukhari no. 756 dan Muslim no. 394).Membaca Al Fatihah di sini berlaku bagi imam dan orang yang shalat dan sendirian. Sedangkan makmum dalam shalat jahriyah (Maghrib, Isya dan Shubuh) tidak membaca Al Fatihah, ia cukup mendengarkan, inilah pendapat yang lebih kuat. Karena Allah Ta’ala memerintahkan,
وَإِذَا قُرِئَ الْقُرْآَنُ فَاسْتَمِعُوا لَهُ وَأَنْصِتُوا لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ
Abu Hurairah berkata,
صَلَّى
النَّبِىُّ -صلى الله عليه وسلم- بِأَصْحَابِهِ صَلاَةً نَظُنُّ أَنَّهَا
الصُّبْحُ فَقَالَ هَلْ قَرَأَ مِنْكُمْ مِنْ أَحَدٍ. قَالَ رَجُلٌ أَنَا.
قَالَ إِنِّى أَقُولُ مَا لِى أُنَازَعُ الْقُرْآنَ.
Ibnu Mas’ud berkata,
أَنْصِتْ لِلْقُرْآنِ فَإِنْ فِي الصَّلاةِ شُغْلا، وَسَيَكْفِيكَ ذَلِكَ الإِمَامُ
Ibnu ‘Umar berkata,
يَنْصِتُ لِلْإِمَامِ فِيْمَا يَجْهَرُ بِهِ فِي الصَّلاَةِ وَلاَ يَقْرَأُ مَعَهُ
Guru kami, Syaikh Abdul ‘Aziz Ath Thorifi berkata, “Inilah yang diamalkan oleh mayoritas sahabat Nabi yaitu diamalkan oleh Ibnu ‘Abbas, Ibnu Mas’ud, Ibnu ‘Umar, Abu Hurairah dan ‘Aisyah. Aku tidak mengetahui adanya perselisihan dalam hal ini di antara para sahabat dengan perkataan yang shahih dan tegas. Hampir-hampir saja ini jadi ijma’ sahabat. Ada perkataan dari ‘Umar yang menyelisihi namun tidak tegas.” (Shifat Shalat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, hal. 98).
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah menjelaskan, “Intinya membaca Al Fatihah di belakang imam, kami katakan bahwa jika imam menjahrkan bacaannya, maka cukup kita mendengar bacaan tersebut. Jika tidak mendengarnya karena jauh posisinya jauh dari imam, maka hendaklah membaca surat tersebut menurut pendapat yang lebih kuat. Inilah pendapat Imam Ahmad dan selainnya. Namun jika tidak mendengar karena ia tuli, atau ia sudah berusaha mendengar namun tidak paham apa yang diucapkan, maka di sini ada dua pendapat di madzhab Imam Ahmad. Pendapat yang terkuat, tetap membaca Al Fatihah karena yang afdhol adalah mendengar bacaan atau membacanya. Dan saat itu kondisinya adalah tidak mendengar. Ketika itu tidak tercapai maksud mendengar, maka tentu membaca Al Fatihah saat itu lebih afdhol daripada diam.” (Majmu’ Al Fatawa, 23: 268-269)
Setelah membaca Al Fatihah diperintahkan membaca aamiin secara jaher (dikeraskan).
Dari Abu Hurairah, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِذَا
قَالَ الْإِمَامُ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ
فَقُولُوا آمِينَ فَإِنَّ الْمَلَائِكَةَ تَقُولُ آمِينَ وَإِنَّ
الْإِمَامَ يَقُولُ آمِينَ فَمَنْ وَافَقَ تَأْمِينُهُ تَأْمِينَ
الْمَلَائِكَةِ غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
Semoga bermanfaat.
Referensi:
Manhajus Salikin wa Tawdhihil Fiqhi fid Diin, Syaikh ‘Abdurrahman bin Nashir As Sa’di, terbitan Madarul Wathon, cetakan keempat, tahun 1431 H.Al Muntaqo fil Ahkam Asy Syar’iyyah min Kalami Khoiril Anam, Majdud Din Abul Barokat ‘Abdus Salam Ibnu Taimiyyah Al Haroni, terbitan Dar Ibnul Jauzi, cetakan kedua, tahun 1431 H.
Kitab Shifatish Shalah min Syarhil ‘Umdah, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, terbitan Darul ‘Ashimah, cetakan pertama, tahun 1429 H.
Majmu’atul Fatawa, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, terbitan Darul Wafa’ dan Dar Ibnu Hazm, cetakan keempat, tahun 1432 H.
Shifat Shalat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin Marzuq Ath Thorifi, terbitan Maktabah Darul Minhaj, cetakan ketiga, tahun 1433 H.
Syarh ‘Umdatil Ahkam, Syaikh ‘Abdurrahman bin Nashir As Sa’di, terbitan Darut Tauhid, cetakan pertama, tahun 1431 H.
—
Artikel Rumaysho.Com
Sifat Shalat Nabi (3): Membaca Iftitah dan Taawudz
melanjutkan kembali tentang sifat shalat
nabi. Yang kita bahas kali ini adalah mengenai membaca doa istiftah dan
ta’awudz.
8- Membaca doa istiftah.
Di antara doa istiftah yang bisa dibaca adalah,
“Subhaanakallahumma wa bi hamdika wa tabaarokasmuka wa ta’ala jadduka wa laa ilaha ghoiruk
(artinya: Maha suci Engkau ya Allah, aku memuji-Mu, Maha berkah
Nama-Mu. Maha tinggi kekayaan dan kebesaran-Mu, tidak ada sesembahan
yang berhak diibadahi dengan benar selain Engkau.” (HR. Muslim no. 399,
Abu Daud no. 775, Tirmidzi no. 242, Ibnu Majah no. 804).
Ibnu Taimiyah menyatakan, “Disunnahkan membaca doa istiftah tersebut dalam shalat wajib. Sedangkan doa istiftah yang lain dianjurkan oleh sebagian ulama untuk dibaca pada shalat nafilah (shalat sunnah).” (Kitab Shifatish Shalah min Syarhil ‘Umdah karya Ibnu Taimiyah, hal. 86).
Doa istiftah lain yang bisa diamalkan,
“Allahumma baa’id baynii wa bayna khothoyaaya kamaa baa’adta
baynal masyriqi wal maghrib. Allahumma naqqinii min khothoyaaya kamaa
yunaqqots tsaubul abyadhu minad danas.
Allahummagh-silnii min khothoyaaya bil maa-i wats tsalji wal barod (artinya: Ya Allah, jauhkanlah antara aku dan kesalahan-kesalahanku, sebagaimana Engkau menjauhkan antara timur dan barat. Ya Allah, bersihkanlah aku dari kesalahan-kesalahanku sebagaimana baju putih dibersihkan dari kotoran. Ya Allah, cucilah aku dari kesalahan-kesalahanku dengan air, salju dan embun).” (HR. Bukhari no. 744, Muslim no. 598, An Nasai no. 896, lafaznya adalah dari An Nasai)
Ibnu Taimiyah berkata, “Jika ada yang lupa membaca doa istiftah pada tempatnya, maka ia tidak perlu mengganti di rakaat kedua.” (Kitab Shifatish Shalah, hal. 97).
9- Membaca ta’awudz.
Bacaan ta’awudz yang bisa dibaca,
“A’udzu billahis samii’il ‘aliim, minasy syaithoonir rojiim min hamzihi wa nafkhihi wa naftsih
(artinya: aku berlindung kepada Allah Yang Maha mendengar lagi Maha
mengetahui dari gangguan syaitan yang terkutuk, dari kegilaannya,
kesombongannya, dan nyanyiannya yang tercela).” (HR. Abu Daud no. 775
dan Tirmidzi no. 242. Al Hafizh Abu Thohir mengatakan sanad hadits ini
hasan. Pengertian “min hamzihi wa nafkhihi wa naftsih“, lihat Kitab Shifatish Shalah min Syarhil ‘Umdah, hal. 104).
Bisa pula mencukupkan ta’awudz dengan membaca,
“A’udzu billahi minasy syaithooni minasy syaithonir rojiim
(artinya: aku berlindung kepada Allah dari setan yang terkutuk).” Hal
ini berdasarkan keumuman ayat yang memerintahkan membaca ta’awudz baik
di dalam maupun di luar shalat ketika memulai membaca Al Qur’an,
“Apabila kamu membaca Al Quran hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari syaitan yang terkutuk.” (QS. An Nahl: 98). (Lihat Kitab Shifatish Shalah, hal. 101).
Ta’awudz dibaca pada raka’at pertama sebelum memulai membaca surat setelah membaca doa istiftah. Ibnu Taimiyah berkata, “Jika seseorang meninggalkan membaca ta’awudz di rakaat pertama, maka hendaklah ia membacanya di raka’at kedua.” (Kitab Shifatish Shalah, hal. 97).
Semoga bermanfaat bagi pengunjung setia Rumaysho.Com
Ibhajul Mu’minin bi Syarh Manhajis Salikin, Syaikh ‘Abdullah bin ‘Abdurrahman bin ‘Abdillah Al Jibrin, terbitan Madarul Wathon, cetakan keempat, tahun 1432 H.
Kitab Shifatish Shalah min Syarhil ‘Umdah, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, terbitan Darul ‘Ashimah, cetakan pertama, tahun 1429 H.
—
Artikel Rumaysho.Com
8- Membaca doa istiftah.
Di antara doa istiftah yang bisa dibaca adalah,
سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ وَتَبَارَكَ اسْمُكَ وَتَعَالَى جَدُّكَ وَلاَ إِلَهَ غَيْرُكَ
Ibnu Taimiyah menyatakan, “Disunnahkan membaca doa istiftah tersebut dalam shalat wajib. Sedangkan doa istiftah yang lain dianjurkan oleh sebagian ulama untuk dibaca pada shalat nafilah (shalat sunnah).” (Kitab Shifatish Shalah min Syarhil ‘Umdah karya Ibnu Taimiyah, hal. 86).
Doa istiftah lain yang bisa diamalkan,
اللَّهُمَّ
بَاعِدْ بَيْنِي وَبَيْنَ خَطَايَايَ كَمَا بَاعَدْتَ بَيْنَ الْمَشْرِقِ
وَالْمَغْرِبِ اللَّهُمَّ نَقِّنِي مِنْ خَطَايَايَ كَمَا يُنَقَّى
الثَّوْبُ الْأَبْيَضُ مِنْ الدَّنَسِ اللَّهُمَّ اغْسِلْنِي مِنْ
خَطَايَايَ بِالْمَاءِ وَالثَّلْجِ وَالْبَرَدِ
Allahummagh-silnii min khothoyaaya bil maa-i wats tsalji wal barod (artinya: Ya Allah, jauhkanlah antara aku dan kesalahan-kesalahanku, sebagaimana Engkau menjauhkan antara timur dan barat. Ya Allah, bersihkanlah aku dari kesalahan-kesalahanku sebagaimana baju putih dibersihkan dari kotoran. Ya Allah, cucilah aku dari kesalahan-kesalahanku dengan air, salju dan embun).” (HR. Bukhari no. 744, Muslim no. 598, An Nasai no. 896, lafaznya adalah dari An Nasai)
Ibnu Taimiyah berkata, “Jika ada yang lupa membaca doa istiftah pada tempatnya, maka ia tidak perlu mengganti di rakaat kedua.” (Kitab Shifatish Shalah, hal. 97).
9- Membaca ta’awudz.
Bacaan ta’awudz yang bisa dibaca,
أَعُوذُ بِاللَّهِ السَّمِيعِ الْعَلِيمِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ مِنْ هَمْزِهِ وَنَفْخِهِ وَنَفْثِهِ
Bisa pula mencukupkan ta’awudz dengan membaca,
أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ
فَإِذَا قَرَأْتَ الْقُرْآَنَ فَاسْتَعِذْ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ
Ta’awudz dibaca pada raka’at pertama sebelum memulai membaca surat setelah membaca doa istiftah. Ibnu Taimiyah berkata, “Jika seseorang meninggalkan membaca ta’awudz di rakaat pertama, maka hendaklah ia membacanya di raka’at kedua.” (Kitab Shifatish Shalah, hal. 97).
Semoga bermanfaat bagi pengunjung setia Rumaysho.Com
Referensi:
Manhajus Salikin wa Tawdhihil Fiqhi fid Diin, Syaikh ‘Abdurrahman bin Nashir As Sa’di, terbitan Madarul Wathon, cetakan keempat, tahun 1431 H.Ibhajul Mu’minin bi Syarh Manhajis Salikin, Syaikh ‘Abdullah bin ‘Abdurrahman bin ‘Abdillah Al Jibrin, terbitan Madarul Wathon, cetakan keempat, tahun 1432 H.
Kitab Shifatish Shalah min Syarhil ‘Umdah, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, terbitan Darul ‘Ashimah, cetakan pertama, tahun 1429 H.
—
Artikel Rumaysho.Com
Sifat Shalat Nabi (2): Posisi Tangan Ketika Sedekap
Contohlah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam melaksanakan shalat. Saat ini kita akan lihat kembali sifat shalat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, mulai dari takbiratul ihram hingga perkara sedekap saat shalat.
4- Jika telah berdiri melaksanakan shalat, lakukanlah takbiratul
ihram dengan mengucapkan, “Allahu akbar (artinya: Allah Maha Besar).”
Dari Abu Sa’id Al Khudri, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مِفْتَاحُ الصَّلاَةِ الطُّهُورُ وَتَحْرِيمُهَا التَّكْبِيرُ وَتَحْلِيلُهَا التَّسْلِيمُ
“Pembuka shalat adalah bersuci, yang mengharamkan dari perkara di
luar shalat adalah ucapan takbir dan yang menghalalkan kembali adalah
ucapan salam.” (HR. Tirmidzi no. 238 dan Ibnu Majah no. 276. Abu
‘Isa mengatakan bahwa hadits ini hasan. Syaikh Al Albani mengatakan
bahwa hadits ini shahih).
5- Mengangkat kedua tangan hingga sejajar dengan pundak atau ujung
telinga (cuping telinga). Mengangkat tangan seperti ini dilakukan pada
empat keadaan yaitu saat:
a- Takbiratul ihram
b- Ruku’
c- Bangkit dari ruku’
d- Berdiri dari tasyahud awwal
Di antara dalil yang menunjukkan mengangkat tangan ketika takbiratul
ihram, turun ruku’ dan bangkit dari ruku’ adalah hadits dari ‘Abdullah
bin ‘Umar, ia berkata,
أَنَّ
رَسُولَ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – كَانَ يَرْفَعُ يَدَيْهِ حَذْوَ
مَنْكِبَيْهِ إِذَا افْتَتَحَ الصَّلاَةَ ، وَإِذَا كَبَّرَ لِلرُّكُوعِ ،
وَإِذَا رَفَعَ رَأْسَهُ مِنَ الرُّكُوعِ رَفَعَهُمَا كَذَلِكَ أَيْضًا
وَقَالَ « سَمِعَ اللَّهُ لِمَنْ حَمِدَهُ ، رَبَّنَا وَلَكَ الْحَمْدُ » .
وَكَانَ لاَ يَفْعَلُ ذَلِكَ فِى السُّجُو
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa mengangkat kedua
tangannya sejajar pundaknya ketika memulai (membuka shalat), ketika
bertakbir untuk ruku’, ketika mengangkat kepalanya bangkit dari ruku’
juga mengangkat tangan, dan saat itu beliau mengucapkan ‘sami’allahu
liman hamidah, robbanaa wa lakal hamdu’. Beliau tidak mengangkat
tangannya ketika turun sujud.” (HR. Bukhari no. 735 dan Muslim no. 390).
Juga diterangkan dalam hadits Abu Humaid As Sa’idi mengenai mengangkat tangan saat bangkit dari tasyahud awwal, ia berkata,
ثُمَّ
نَهَضَ ثُمَّ صَنَعَ فِى الرَّكْعَةِ الثَّانِيَةِ مِثْلَ ذَلِكَ حَتَّى
إِذَا قَامَ مِنَ السَّجْدَتَيْنِ كَبَّرَ وَرَفَعَ يَدَيْهِ حَتَّى
يُحَاذِىَ بِهِمَا مَنْكِبَيْهِ كَمَا صَنَعَ حِينَ افْتَتَحَ الصَّلاَةَ
“Kemudian Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam bangkit, kemudian
ia melakukan raka’at kedua seperti raka’at pertama. Sampai beliau
selesai melakukan dua raka’at, beliau bertakbir dan mengangkat kedua
tangannya hingga sejajar dengan pundaknya sebagaimana yang beliau
lakukan saat takbiratul ihram (ketika memulai shalat).” (HR. Tirmidzi no. 304 dan Abu Daud no. 963. Al Hafizh Abu Thohir mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih).
Hadits di atas juga sekaligus menunjukkan bahwa mengangkat tangan itu
sejajar dengan pundak. Sedangkan dalil yang menunjukkan boleh
mengangkat tangan hingga ujung telinga yaitu hadits,
عَنْ
مَالِكِ بْنِ الْحُوَيْرِثِ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم-
كَانَ إِذَا كَبَّرَ رَفَعَ يَدَيْهِ حَتَّى يُحَاذِىَ بِهِمَا أُذُنَيْهِ
وَإِذَا رَكَعَ رَفَعَ يَدَيْهِ حَتَّى يُحَاذِىَ بِهِمَا أُذُنَيْهِ
وَإِذَا رَفَعَ رَأْسَهُ مِنَ الرُّكُوعِ فَقَالَ « سَمِعَ اللَّهُ لِمَنْ
حَمِدَهُ ». فَعَلَ مِثْلَ ذَلِكَ.
Dari Malik bin Al Huwairits, ia berkata, “Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam ketika bertakbir, beliau mengangkat kedua tangannya
sejajar kedua telinganya. Jika ruku’, beliau mengangkat kedua tangannya
juga sejajar kedua telinganya. Jika bangkit dari ruku’, beliau
mengucapkan ‘sami’allahu liman hamidah’, beliau melakukan semisal itu
pula.” (HR. Muslim no. 391).
6- Lalu sedekap dengan meletakkan tangan kanan di atas tangan kiri.
Dalam hadits Wail bin Hujr, ia berkata bahwa,
أَنَّهُ
رَأَى النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- رَفَعَ يَدَيْهِ حِينَ دَخَلَ فِى
الصَّلاَةِ كَبَّرَ – وَصَفَ هَمَّامٌ حِيَالَ أُذُنَيْهِ – ثُمَّ
الْتَحَفَ بِثَوْبِهِ ثُمَّ وَضَعَ يَدَهُ الْيُمْنَى عَلَى الْيُسْرَى
Ia melihat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengangkat
kedua tangannya ketika memulai shalat dan beliau bertakbir (Hammam
menyebutkan beliau mengangkatnya sejajar telinga), lalu beliau
memasukkan kedua tangannya di bajunya, kemudian beliau meletakkan tangan
kanan di atas tangan kiri. (HR. Muslim no. 401).
Meletakkan tangan kanan di sini bisa pada telapak tangan, pergelangan
atau lengan tangan kiri. Dalam hadits Wail bin Hujr juga disebutkan,
ثُمَّ وَضَعَ يَدَهُ الْيُمْنَى عَلَى ظَهْرِ كَفِّهِ الْيُسْرَى وَالرُّسْغِ وَالسَّاعِدِ
“Kemudian meletakkan tangan kanan di atas punggung telapak tangan kiri, di pergelangan tangan, atau di lengan tangan kiri.” (HR. Ahmad 4: 318. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa hadits ini shahih)
Bisa juga tangan kanan menggenggam tangan kiri (yang dimaksud
pergelengan tangan kiri) sebagaimana disebutkan dalam hadits Wail bin
Hujr, ia berkata,
رَأَيْتُ
رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا كَانَ قَائِمًا
فِي الصَّلَاةِ قَبَضَ بِيَمِينِهِ عَلَى شِمَالِهِ
“Aku pernah melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
ketika beliau berdiri dalam shalat, tangan kanan beliau menggenggam
tangan kirinya.” (HR. An Nasai no. 8878 dan Ahmad 4: 316. Al Hafizh Abu Thohir mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih).
7- Saat sedekap, tangan diletakkan di pusar, bawah pusar atau di dada.
Mayoritas ulama berpendapat bahwa meletakkan tangan ketika sedekap
tidak pada tempat tertentu. Jadi sah-sah saja meletakkan tangan di dada,
di pusar, di perut atau di bawah itu. Karena yang dimaksud mencontoh
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam di sini adalah meletakkan tangan
kanan di atas tangan kiri. Sedangkan yang lebih dari itu dengan
menentukan posisi tangan sedekap tersebut butuh pada dalil. Meletakkan
tangan di dada maupun di bawah pusar sama-sama berasal dari hadits yang
dho’if. (Lihat penjelasan guru kami, Syaikh ‘Abdul ‘Aziz Ath Athorifi
dalam karya beliau Shifat Shalat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, hal. 87-90).
Semoga berkelanjutan lagi pada serial berikutnya. Moga Allah mudahkan.
Referensi:
Manhajus Salikin wa Tawdhihil Fiqhi fid Diin, Syaikh ‘Abdurrahman bin Nashir As Sa’di, terbitan Madarul Wathon, cetakan keempat, tahun 1431 H.
Ibhajul Mu’minin bi Syarh Manhajis Salikin, Syaikh ‘Abdullah bin ‘Abdurrahman bin ‘Abdillah Al Jibrin, terbitan Madarul Wathon, cetakan keempat, tahun 1432 H.
Shifat Shalat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, Syaikh Muhammad Nashiruddin Al Albani, terbitan Maktabah Al Ma’arif, cetakan ketiga, tahun 1424 H.
Shifat Shalat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin Marzuq Ath Thorifi, terbitan Maktabah Darul Minhaj, cetakan ketiga, tahun 1433 H.
Bulughul Marom min Adillatil Ahkam, Ibnu Hajar Al Asqolani, terbitan Darus Salam, cetakan keenam, tahun 1424 H.
Al Muntaqo fil Ahkam Asy Syar’iyyah min Kalami Khoiril Anam, Majdud Din Abul Barokat ‘Abdus Salam Ibnu Taimiyyah Al Haroni, terbitan Dar Ibnul Jauzi, cetakan kedua, tahun 1431 H.
—
Artikel Rumaysho.Com
Friday, 12 September 2014
Sifat Shalat Nabi (1): Berangkat Menuju Masjid
Berikut adalah keterangan mengenai sifat shalat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
yang asalnya pembahasan ini berasal dari pembahasan Syaikh ‘Abdurrahman
bin Nashir As Sa’di lalu dikembangkan dengan menambahkan dari berbagai
sumber lainnya.
Pembahasan ini dimulai dari adab menuju ke masjid.
1- Disunnahkan ketika menuju shalat dengan keadaan tenang dan tidak tergesa-gesa.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Jika kalian mendegar iqomah, maka berjalanlah menuju shalat.
Namun tetaplah tenang dan khusyu’ menuju shalat, jangan tergesa-gesa.
Apa saja yang kalian dapati dari imam, maka ikutilah. Sedangkan yang
luput dari kalian, maka sempurnakanlah.” (HR. Bukhari no. 636 dan Muslim no. 602).
Jadi dilarang tergesa-gesa ketika hendak pergi ke masjid. Bahkan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam juga melarang melakukan tasybik yaitu menjalinkan jari jemari. Dari Ka’ab bin ‘Ujroh, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Jika salah seorang di antara kalian berwudhu, lalu memperbagus
wudhunya, kemudian keluar menuju masjid dengan sengaja, maka janganlah
ia menjalin jari-jemarinya karena ia sudah berada dalam shalat.” (HR. Tirmidzi no. 386, Ibnu Majah no. 967, Abu Daud no. 562. Al Hafizh Abu Thohir mengatakan bahwa hadits ini hasan).
2- Ketika masuk masjid meminta rahmat pada Allah dengan membaca dzikir dan do’a,
“Bismillah wassalaamu ‘ala rosulillah. Allahummaghfir lii
dzunuubi waftahlii abwaaba rohmatik (Dengan menyebut nama Allah dan
salam atas Rasulullah. Ya Allah, ampunilah dosa-dosaku dan bukakanlah
padaku pintu rahmat-Mu).” (HR. Ibnu Majah no. 771 dan Tirmidzi no. 314. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih).
Ketika keluar masjid meminta karunia Allah dengan membaca dzikir dan do’a,
“Bismillah wassalaamu ‘ala rosulillah. Allahummaghfir lii
dzunuubi waftahlii abwabaa fadhlik (Dengan menyebut nama Allah dan salam
atas Rasulullah. Ya Allah, ampunilah dosa-dosaku dan bukakanlah padaku
pintu karunia-Mu).” (HR. Ibnu Majah no. 771 dan Tirmidzi no. 314. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih).
3- Mendahulukan kaki kanan ketika masuk masjid dan mendahulukan kaki kiri ketika keluarnya.
Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, ia berkata,
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sangat menyukai
mendahulukan yang kanan ketika memakai sendal, ketika menyisir rambut
dan ketika bersuci, juga dalam setiap perkara (yang baik-baik).”
(HR. Bukhari no. 186 dan Muslim no. 268). Yang dimaksud tarojjul dalam
hadits -kata Ibnu Hajar- adalah menyisir dan meminyaki rambut,
sebagaimana disebut dalam Al Fath, 1: 270.
Kaedah dalam masalah mendahulukan yang kanan telah disebutkan oleh Imam Nawawi. Beliau rahimahullah mengatakan, “Mendahulukan yang kanan adalah ketika melakukan sesuatu yang mulia (pekerjaan yang baik), yaitu saat menggunakan pakaian, celana, sepatu, masuk masjid, bersiwak, bercelak, memotong kuku, memendekkan kumis, menyisir rambut, mencabut bulu ketiak, mencukur rambut, memberi salam dalam shalat, mencuci anggota wudhu, keluar kamar mandi, makan, minum, bersalaman, mengusap hajar Aswad, atau perkara baik semisal itu, maka disunnahkan mendahulukan yang kanan.
Sedangkan kebalikan dari hal tadi seperti masuk kamar mandi, keluar dari masjid, membuang ingus, istinja’ (cebok), melepas baju, celana dan sepatu, dan semisal itu disunnahkan mendahulukan yang kiri. (Syarh Shahih Muslim, 3: 143).
Masih berlanjut, moga Allah mudahkan. Hanya Allah yang memberi taufik.
Ibhajul Mu’minin bi Syarh Manhajis Salikin, Syaikh ‘Abdullah bin ‘Abdurrahman bin ‘Abdillah Al Jibrin, terbitan Madarul Wathon, cetakan keempat, tahun 1432 H.
Al Minhaj Syarh Shahih Muslim, Abu Zakariya Yahya bin Syarf An Nawawi, terbitan Dar Ibni Hazm, cetakan pertama, tahun 1433 H.
—
Artikel Rumaysho.Com
Pembahasan ini dimulai dari adab menuju ke masjid.
1- Disunnahkan ketika menuju shalat dengan keadaan tenang dan tidak tergesa-gesa.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِذَا
سَمِعْتُمُ الإِقَامَةَ فَامْشُوا إِلَى الصَّلاَةِ ، وَعَلَيْكُمْ
بِالسَّكِينَةِ وَالْوَقَارِ وَلاَ تُسْرِعُوا ، فَمَا أَدْرَكْتُمْ
فَصَلُّوا وَمَا فَاتَكُمْ فَأَتِمُّوا
Jadi dilarang tergesa-gesa ketika hendak pergi ke masjid. Bahkan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam juga melarang melakukan tasybik yaitu menjalinkan jari jemari. Dari Ka’ab bin ‘Ujroh, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِذَا
تَوَضَّأَ أَحَدُكُمْ فَأَحْسَنَ وُضُوءَهُ ثُمَّ خَرَجَ عَامِدًا إِلَى
الْمَسْجِدِ فَلاَ يُشَبِّكَنَّ بَيْنَ أَصَابِعِهِ فَإِنَّهُ فِى صَلاَةٍ
2- Ketika masuk masjid meminta rahmat pada Allah dengan membaca dzikir dan do’a,
بِسْمِ اللَّهِ وَالسَّلاَمُ عَلَى رَسُولِ اللَّهِ اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِى ذُنُوبِى وَافْتَحْ لِى أَبْوَابَ رَحْمَتِكَ
Ketika keluar masjid meminta karunia Allah dengan membaca dzikir dan do’a,
بِسْمِ اللَّهِ وَالسَّلاَمُ عَلَى رَسُولِ اللَّهِ اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِى ذُنُوبِى وَافْتَحْ لِى أَبْوَابَ فَضْلِكَ
3- Mendahulukan kaki kanan ketika masuk masjid dan mendahulukan kaki kiri ketika keluarnya.
Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, ia berkata,
كَانَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – يُعْجِبُهُ التَّيَمُّنُ فِى تَنَعُّلِهِ وَتَرَجُّلِهِ وَطُهُورِهِ وَفِى شَأْنِهِ كُلِّهِ
Kaedah dalam masalah mendahulukan yang kanan telah disebutkan oleh Imam Nawawi. Beliau rahimahullah mengatakan, “Mendahulukan yang kanan adalah ketika melakukan sesuatu yang mulia (pekerjaan yang baik), yaitu saat menggunakan pakaian, celana, sepatu, masuk masjid, bersiwak, bercelak, memotong kuku, memendekkan kumis, menyisir rambut, mencabut bulu ketiak, mencukur rambut, memberi salam dalam shalat, mencuci anggota wudhu, keluar kamar mandi, makan, minum, bersalaman, mengusap hajar Aswad, atau perkara baik semisal itu, maka disunnahkan mendahulukan yang kanan.
Sedangkan kebalikan dari hal tadi seperti masuk kamar mandi, keluar dari masjid, membuang ingus, istinja’ (cebok), melepas baju, celana dan sepatu, dan semisal itu disunnahkan mendahulukan yang kiri. (Syarh Shahih Muslim, 3: 143).
Masih berlanjut, moga Allah mudahkan. Hanya Allah yang memberi taufik.
Referensi:
Manhajus Salikin wa Tawdhihil Fiqhi fid Diin, Syaikh ‘Abdurrahman bin Nashir As Sa’di, terbitan Madarul Wathon, cetakan keempat, tahun 1431 H.Ibhajul Mu’minin bi Syarh Manhajis Salikin, Syaikh ‘Abdullah bin ‘Abdurrahman bin ‘Abdillah Al Jibrin, terbitan Madarul Wathon, cetakan keempat, tahun 1432 H.
Al Minhaj Syarh Shahih Muslim, Abu Zakariya Yahya bin Syarf An Nawawi, terbitan Dar Ibni Hazm, cetakan pertama, tahun 1433 H.
—
Artikel Rumaysho.Com
Subscribe to:
Posts (Atom)