Laman

Sunday, 24 March 2013

10 Profesor Cilik di Dunia Teknologi


Sudah seharusnya anak muda di zaman yang serba modern dan canggih ini mengenal dan membuat kreativitas di dunia teknologi. Tentunya hal itu akan sangat dibanggakan dan banyak memberi efek positif bagi dirinya sendiri maupun orang lain. Seperti halnya para inovator muda yang telah membuat kreativitasnya dalam dunia teknologi di bawah ini yang masih berusia remaja bahkan anak-anak dibawah 10 tahun. Aplikasi yang dibuat sangat sederhana, mulai dari Games, Aplikasi untuk pendidikan dan masih banyak lagi aplikas yang telah
membuat dunia terkagum-kagum.


1. Daniel Chao


Saat Daniel Chao duduk di kelas lima SD satu tahun yang lalu, ia menemukan aplikasi yang dapat mencatat berapa banyak bacaan yang sudah dilakukan dalam satu bulan terakhir. Sesuai namanya, Aplikasi itu dinamakan iRead Monthly.

iRead Monthly digunakan siswa dengan meng-klik tanggal tertentu dan memasukkan berapa menit yang ia gunakan untuk membaca hari itu. Setelah akhir bulan, siswa dapat mengirimkan laporan tersebut ke guru mereka melalui e-mail. Sungguh luar biasa, di usianya yang masih sangat muda ia dapat membuat aplikasi yang bermanfaat dan ia mengaku senang karena Apple menerima aplikasi tersebut.

2. Santiago Gonzalez


Santiago Gonzalez telah menciptakan 15 aplikasi iOS pada umur 14 tahun. Space - Solar System misalnya, yang memungkinkan pengguna belajar lebih banyak lagi tentang tata surya.

Selain itu, memungkinkan pengguna dapat bermain dengan teman dengan menggunakan “built-in voice chat”.
Dalam bidang akademik, Gonzalez mempunyai prestasi yang mengagumkan. Di usianya yang baru menginjak 16 tahun ia sudah lulus kuliah. Dan di usia 17 tahun nya, ia mendapat gelar Master dalam ilmu komputer.

3. Nick D’Aloisio


Di usianya yang baru 15 tahun, Nick D’Aloisio menciptakan TRIMIT yaitu sebuah aplikasi iOS yang dapat meringkas konten web agar lebih singkat untuk digunakan di berbagai media sosial seperti Twitter, Facebook, dan Tumblr.

Fast Company menarik D’Aloisio selama satu bulan untuk mengembangkan penelitian mengenai aplikasi alogaritma. Biasanya jenis penelitian yang memakan jutaan dolar ini dilakukan untuk program Magister (S2) dan Doktoral (S3).

4. Thomas Suarez


Thomas Suerez, ilmuwan berusia 12 tahun ini mengaku bahwa saat ini banyak anak-anak yang tidak hanya senang bermain game, tetapi mereka juga senang menciptakan game untuk mereka sendiri, termasuk juga dirinya yang selama ini telah menghasilkan beberapa aplikasi iOS. Ia juga mendirikan perusahaannya sendiri, Carrot Corp. Salah satu diantaranya adalah Earth Fortune. Game dengan keunikannya yaitu Hanya menampilkan warna planet berbeda sesuai keberuntungan pemainnya.

selain itu juga ada aplikasi ciptaannya yang paling sukses yaitu game yang menampilkan Justin Bieber di pertandingan Whac-a-Mole. Bangganya lagi, aplikasi ciptaannya juga memenangkan Tribeca Disruptive Innovation Award pada 2012 lalu.


5. Steven Gonzalez Jr.


Semuanya bermula ketika Steven yang masih berumur 12 tahun didiagnosis terkena salah satu penyakit kanker yang jarang mematikan. Penyakit tersebut adalah Leukimia Myelogenous. dan perkiraan kesempatan hidupnya hanya 2 persen. Tetapi perkiraan tersebut ternyata salah. Ia selamat dari penyakit tersebut meskipun sistem kekebalan tubuhnya lemah.

Setelah Gonzalez sembuh, ia merasa mempunyai semangat untuk hidup kembali, ia menciptakan sebuah game yang bernama Play Against Cancer. Game tersebut bertujuan untuk menghancurkan sel kanker yang digambarkan sebagai monster berwarna hijau. Selain itu juga, ia mengembangkan jaringan sosial dan komunitas online pasien kanker remaja yang bernama "The Survivor Games"


6. Team 2 (Res-Q)


Tim 2-the-Res-Q terdiri dari empat gadis remaja berusia 14 tahun. Di usia muda, mereka mengembangkan aplikasi anti kekerasan “CyberMentors”. Yaitu aplikasi yang berfokus kepada anak-anak muda untuk membangun harga diri dan meningkatkan keselamatan mereka yang menjadi korban kekerasan.

CyberMentors memiliki fitur pesan pribadi yang memungkinkan pengguna dapat berbicara langsung kepada Team Cyber mengenai pengalaman tentang kekerasan yang dialaminya.  CyberMentors tersedia di Google Play dan platform berbasis web sosial.

7. Aaron Sonson, Satwant Singh, dan Gregory Paczkowski


Ketiga remaja ini menciptakan aplikasi “Stop & Go” yaitu aplikasi yang mirip CyberMentors, namun yang diceritakan adalah pengalamannya yang pernah ditilang oleh polisi, menemukan informasi yang diperlukan tentang hak-hak merekam dan memungkinkan pengguna untuk memetakan pencarian yang mereka butuhkan.

Mereka membuat aplikasi ini karena terinspirasi dari pengalaman masing-masing remaja asal London ini yang pernah ditilang berkali-kali dan digeledah polisi. Mereka mengatakan di situsnya bahwa mereka menciptakan “Stop & Go” dengan harapan membawa transparansi dan keadilan dalam prosedur tersebut.


8. Lim Ding Wen


4 tahun yang lalu, programmer asal Singapura berusia Sembilan tahun, Lim Ding Wen membuat aplikasi yang dinamakan Doodle Kids. Aplikasi ini telah mendapat persetujuan dari Apple.

Lim yang sudah fasih dalam enam bahasa pemrograman telah menyelesaikan puluhan proyek. Pada Agustus 2012, ia mengerjakan dua proyek baru, termasuk pertandingan 3D pertamanya. Hebat, masih kecil saja sudah seperti itu. :D


9. Zora Ball


Zora Ball termasuk orang termuda untuk mengembangkan aplikasi mobile game.Di usianya yang ketujuh ia ikut berpartisipasi dalam lomba bahasa pemrograman di University of Pennsylvania's FATE Bootstrap Expo, untuk kategori usia 12 sampai 16 tahun.

Menurut Tribune Philadelphia, programmer kelas pertama akan mampu mengkonfigurasi ulang aplikasi yang telah dibuatnya dan Ternyata Zora berhasil melakukannya dengan kerja kerasnya sendiri.


10. Zach Marks


Ketika Zach Marks masih berusia 11 tahun, ia mendaftarkan dirinya ke Facebook dengan menggunakan umur orangtuanya karena Facebook memiliki batasan usia minimal 13 tahun. Tapi orangtuanya mengetahui hal tersbut dan memarahinya, Ia pun memutuskan untuk menciptakan jejaring sosial sendiri yang aman bagi anak seusianya disebut Grom Social.

Grom social merupakan situs yang memiliki fitur yang sesuai dengan anak seusianya, seperti “Gaming”, “Entertainment”, dan “Health & Fitness” serta memiliki forum yang berisikan anti terhadap kekerasan, penyalah gunaan obat-obatan, dan rokok.

Pada Desember 2012, USA Today melaporkan, situs Marks tersebut dilihat oleh 2000 pengunjung dengan sekitar 6000 halaman tampilan setiap harinya. Ini cukup mengagetkan, mengingat Groom Social awalnya hanya dikenal dari mulut ke mulut saja.

Mana nih anak Indonesia yang berbakat? kreativitas di masa muda itu adalah sesuatu yang harus dibanggakan. Indonesia juga bisa kok :D

No comments:

Post a Comment