Bersakit-sakit dahulu bersenang-senang kemudian
Saya punya teman orang cina. Waktu itu dia baru saja pindah ke kota kami. Saat dia datang, saya ingat keluarganya hanya berjualan barang kebutuhan sehari-hari di toko kecil yang merangkap rumahnya. Namun lama kelamaan, saya menyadari bahwa tokonya telah semakin berkembang dan sekarang toko kecil itu menjadi sebuah minimarket yang luas.
Suatu saat saya datang ke rumah teman saya itu. Saya ditawari makan siang, dan tak terduga ternyata lauk makanannya hanyalah tempe dan tahu ditambah sambal untuk siang itu. Saya terpikir, kenapa orang sekaya beliau hanya makan yang seperti ini untuk makan siang.
Setelah saya tanyakan ternyata memang inilah yang biasanya dia makan. Bukan karena lebih sehat, tapi karena uang yang digunakan untuk makan hanyalah sedikit. Dia bilang, bila usahanya untung, 60%nya akan dia gunakan untuk menambah modal, sehingga bisa mengembangkan usahanya. Sedangkan sisanya digunakan untuk makan. Wajar saja mereka hanya bisa makan lauk pauk sederhana seperti itu, karena sebagian untungnya digunakan untuk usaha, bukan dinikmati.
Bersakit-sakit dahulu memang, makan makanan yang tidak terlalu nikmat, tapi apakah kita akan meragukan hasil akhir penderitaan kita itu ? saya rasa kita sama-sama tahu hasil akhir yang didapat.
Sistem ini saya kira sudah berhasil. Buktinya dia bisa mengubah sebuah toko kecil menjadi minimarket yang ramai pembeli. Jadi tidak ada ruginya bukan bila kita menerapkan sistem yang hebat ini dalam kehidupan kita ?
Saya punya teman orang cina. Waktu itu dia baru saja pindah ke kota kami. Saat dia datang, saya ingat keluarganya hanya berjualan barang kebutuhan sehari-hari di toko kecil yang merangkap rumahnya. Namun lama kelamaan, saya menyadari bahwa tokonya telah semakin berkembang dan sekarang toko kecil itu menjadi sebuah minimarket yang luas.
Suatu saat saya datang ke rumah teman saya itu. Saya ditawari makan siang, dan tak terduga ternyata lauk makanannya hanyalah tempe dan tahu ditambah sambal untuk siang itu. Saya terpikir, kenapa orang sekaya beliau hanya makan yang seperti ini untuk makan siang.
Setelah saya tanyakan ternyata memang inilah yang biasanya dia makan. Bukan karena lebih sehat, tapi karena uang yang digunakan untuk makan hanyalah sedikit. Dia bilang, bila usahanya untung, 60%nya akan dia gunakan untuk menambah modal, sehingga bisa mengembangkan usahanya. Sedangkan sisanya digunakan untuk makan. Wajar saja mereka hanya bisa makan lauk pauk sederhana seperti itu, karena sebagian untungnya digunakan untuk usaha, bukan dinikmati.
Bersakit-sakit dahulu memang, makan makanan yang tidak terlalu nikmat, tapi apakah kita akan meragukan hasil akhir penderitaan kita itu ? saya rasa kita sama-sama tahu hasil akhir yang didapat.
Sistem ini saya kira sudah berhasil. Buktinya dia bisa mengubah sebuah toko kecil menjadi minimarket yang ramai pembeli. Jadi tidak ada ruginya bukan bila kita menerapkan sistem yang hebat ini dalam kehidupan kita ?
No comments:
Post a Comment